Wajah Dewi Sekar menjadi cemberut mendengar candaan Jaka Someh
"Kang Someh bagaimana sih...kita kan sedang terburu-buru..., tidak boleh lagi ada waktu yang terbuang...Kita harus segera sampai di Gunung Tampomas...Masa Akang tidak kasihan kepada Saya, istrinya sendiri...."
Jaka Someh tersenyum kecil sambil melirik ke wajah Dewi Sekar yang sedang cemberut
"Iya, iya...Nyai. Akang bercanda...mohon maaf...cuma berhenti sebentar saja koq, akang mau ada hajat dulu...sebentar ya..."
Tanpa memperdulikan lagi kepada istrinya yang masih cemberut, Jaka Someh langsung turun dari gerobak dan berjalan ke sebuah rumah yang berada di pinggir jalan. Setelah sampai di depan rumah tersebut, dia mengucapkan Salam
"Permisi, permisi, apakah ada orang di rumah...?"
Namun tak ada jawaban dari dalam rumah tersebut. Setelah mengulangi Salam nya untuk kesekian kali, akhirnya nampak seorang wanita setengah baya keluar dari rumah, dia bertanya kepada Jaka Someh
"Ada apa kang...ada keperluan apa ke rumah saya "
Jaka Someh menjawab pertanyaan perempuan tersebut dengan balik bertanya
"Permisi bu, saya mau bertanya kalau tempat buang hajat di sini dimana ya bu? Kebetulan saya seorang musafir yang sedang melewati kampung ini. Saya berdua bersama istri saya...yang itu istri saya. Oh iya bu, ini  kampung apa ya?".
Jaka Someh menunjuk ke arah Dewi Sekar yang sedang duduk di atas gerobak sapinya. Dewi Sekar tersenyum ke arah wanita itu, yang di balas dengan senyuman juga oleh si wanita tadi.