Dengan kehadiran seorang wanita cantik, yang tinggal di pondoknya, Jaka Someh sebenarnya merasa canggung. Dia bukanlah tipikal seorang lelaki yang pandai mencari-cari kesempatan untuk menggoda wanita. Jaka Someh berusaha menjaga dirinya agar tidak terlalu dekat dengan Dewi Sekar. Selain karena merasa khawatir terpengaruh oleh jeratan hawa nafsu, dia juga takut kalau Dewi Sekar akan merasa tidak nyaman kepadanya.
Jaka Someh menemui Dewi Sekar hanya pada saat mau memberikan makan dan obat saja. Selebihnya dia memilih untuk berada di luar pondoknya. Bukan karena dia tidak menyukai perempuan, melainkan karena dia berusaha untuk menjaga diri dari hal-hal yang tidak etis. Bahkan saat malam tiba, Jaka Someh memilih tidur di serambi luar pondoknya.
Melihat sikap jaka Someh yang penuh kesopanan, tulus dan penuh rasa hormat, membuat Dewi Sekar merasa aman dan nyaman berada di pondok itu, dia tidak merasa takut akan dilecehkan oleh jaka Someh yang baru dikenalnya.
Dewi Sekar diam-diam memperhatikan kegiatan Jaka Someh dalam keseharian. Dia merasa kagum sekaligus takjub dengan Jaka someh yang tertib dalam beribadah. Tak pernah dia meninggalkan sholat lima waktu. Bahkan saat malam menjelang akhir, Dewi Sekar Harum pernah melihat Jaka someh sedang melaksanakan sholat tahajud dengan khusu.Â
Dewi Sekar Harum juga pernah beberapa kali mendengar Jaka someh sedang membaca- ayat-ayat Al Quran dengan faseh dan tartil. Hatinya pun bergetar mendengar lantunan bacaaan Ayat Alquran yang sedang di baca oleh Jaka Someh.Â
Belum pernah dia merasakan getaran dalam hatinya. Selama ini dia merasa jauh dari kegiatan beribadah. Bahkan Sholat pun dia belum pernah melaksanakannya. Padahal dia juga berasal dari keluarga seorang muslim. Hari-harinya hanya digunakan untuk berlatih ilmu kanuragan.
Dewi Sekar Harum merasa betah tinggal di pondok Jaka  Someh. Meskipun sederhana, namun sangat asri dan bersih. Ada taman-taman bunga di sekitar pondok itu.
Selain bangunan rumah, ada juga tempat pemandian yang terbuat dari batu gunung besar yang telah diukir sedemikian rupa sehingga membentuk bak penampungan air yang memiliki corong membentuk pancuran air. Â Pemandian tersebut berada di dalam bangunan semi permanen dari pohon bambu.Â
Atapnya terbuat dari daun kelapa yang sudah mengering. Sedangkan airnya berasal dari mata air yang ada di puncak bukit. Jernih dan menyegarkan. Di samping tempat pemandian terdapat juga bangunan toilet.Â
Closetnya berupa closet jongkok yang terbuat dari batu alam yang telah di ukir sedemikian rupa, kemudian dihubungkan dengan septitank yang letaknya beberapa meter dari toilet tersebut. Dewi Sekar harum merasa takjub dengan kesemuanya itu.
Di beberapa bagian halaman  pondoknya terdapat taman-taman bunga yang menyebarkan keharuman alami. Bunganya pun terlihat indah dan menawan. Ada melati, cempaka, mawar, anggrek dan lainnya. Membuat Dewi Sekar bertambah betah tinggal di tempat itu.