Panji kemudian bertekad untuk mengembalikan Asih dalam pelukannya lagi. Dia tidak sudi kalau Asih dinikahi oleh Jaka Someh.
Makanya sudah seminggu lebih dia memata-matai rumah Asih. Begitu dia tahu Jaka Someh dan pak Rohadi sedang pergi ke ladang, dia segera mendatangi rumah Asih. Awalnya Asih menolak dan marah kepada Panji, namun karena bujuk rayu Panji yang lihay, akhirnya Asih pun kembali luluh menerima Panji masuk ke dalam rumahnya.
“Duh...Nyai...akang benar-benar minta maap...tidak ada maksud sengaja meninggalkan kamu...akang tidak tahu kalau kamu sedang mengandung anak kita. Coba saja kalau akang tahu...”
Belum selesai Panji ngomong, Asih sudah memotongnya
“sudahlah kang...gak usah di ungkit-ungkit lagi peristiwa yang dulu ...”.
Panji pun tidak jadi melanjutkan ucapannya. Dia hanya menatap wajah Nyi Asih dengan penuh kerinduan. Ada rasa aneh yang mulai menguasai hati Asih. Rasa yang penuh ketegangan namun begitu menyenangkan karena mendapatkan tatapan dari mantan kekasih yang masih dicintainya.
Hatinya menjadi luluh dalam nafsu setani yang sekarang sudah mulai merasukinya. Setelah melepaskan rasa canggungnya dengan obrolan basa basi, mereka pun akhirnya asyik bernostalgia di rumah Asih sampai hari menjelang sore, sebelum Jaka Someh dan pak Rohadi kembali dari ladangnya.
Bersambung ke Bab 14 Berselisih dengan para Preman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H