Jalu pun meminum air tersebut sampai habis. Setelah itu tangisannya berangsur angsur mereda. Bahkan mukanya juga sudah kembali normal. Beberapa saat kemudian, tangisannya sudah benar-benar berhenti.
Setelah istirahat sejenak, Jalu kembali mendekati meja itu lagi, kemudian mengambil gelas bandrek itu lagi, tapa fikir panjang, Jalu kembali meminum bandrek itu lagi.
“Huh...huh...panas…panas...”
Katanya sambil mengibaskan tangannya di depan mulutnya.
Namun kali itu dia tidak menangis. Bahkan dia melompat-lompat seperti kegirangan. Kemudian memutar tubuhnya seperti orang yang sedang menari-nari
“Hoye...hoye...Enak...enak...” Kata Jalu
Melihat tingkah laku Jalu yang bandel dan tidak pernah merasa kapok, Jaka Someh tertawa
“Wah jalu kamu benar-benar bandel...tidak ada kapoknya...ha...ha...”.
Begitulah hari hari yang dilalui Jaka Someh saat itu. Setiap hari dia sibuk merawat Jalu. Mulai dari memandikan, menyuapi makan, menemani bermain, mengajari berjalan, mengajari berbicara, mencebokinya, bahkan menemaninya tidur.
Jaka Someh juga sering menggendong Jalu dan membawanya kemana dia pergi. Jaka Someh benar-benar menyayangi Jalu sepenuh hati.
Selain mengurus Jalu, Jaka Someh juga sibuk melayani Asih, serta merawat kebun kopi dan cengkeh milik mertuanya. Semuanya itu, dia jalani dengan hati yang penuh keikhlasan.