“ayo nyai...keluarkan nafasnya pelan-pelan...ayo dorong terus, keluarkan bayinya...”
Asih merasakan mulas yang luar biasa sakitnya. Sedikit demi sedikit bayinya pun sudah mulai keluar.
“ayo nyai... kepala bayinya sudah mulai terlihat... sebentar lagi...ayo dorong yang kuat...tarik napas pelan-pelan terus keluarkan dengan keras...ayo...tinggal sedikit lagi...” kata mak Inah menyemangati.
“Buka pahanya lebih lebar lagi...nyai...terus dorong...sekeras-kerasnya...ayo...ayo... si jabang bayi sudah keluar nyai...”
Dengan rasa sakit yang luar biasa, akhirnya Asih melahirkan bayinya. Belum pernah dia merasalan rasa sakit yang luar biasa seperti itu. Suara isak tangis bayi Asih, langsung menggema di ruangan itu.
“Alhamdulillah bayinya laki-laki...” kata mak Inah.
Bayi Asih ternyata berkelamin laki laki, wajahnya juga tampan seperti panji.
“bayinya laki-laki... Nyai...” kata Jaka Someh kepada Asih.
Asih hanya mampu melirik lemah kepada bayinya. Ada perasaan lega dalam hatinya.
Pak Rohadi yang berada di luar kamar pun merasa bahagia, karena masa kritisnya sudah lewat. Sekarang dia sudah menjadi seorang kakek, karena baru saja memiliki cucu laki-laki yang tampan.
“Alhamdulillah…” kata pak Rohadi bahagia.