Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Novelet] Magnolia

16 Maret 2018   00:44 Diperbarui: 9 Oktober 2018   18:48 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.pixabay.com

                 Part 6

Sebelumnya, Part 5

Magnolia mengamati ruangan yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga yang baru saja dimasukinya. 

"Bagaimana menurutmu?" suaraku sedikit mengejutkannya hingga melonjak. "Kau suka tempat ini?"

"Eih, ya ... sepertinya ini akan cocok," sahutnya.

"O-ya, ini Dina. Kau akan bekerja sama dengannya mengelola tempat ini,"

Magnolia menyalami dan berkenalan dengan Dina.

"Lalu, pemilik tempat ini?"

"Dia sedang ada urusan ke luar kota, jangan khawatir. Kami kenal baik, jadi kau bisa bekerja dengan tenang."

"Terima kasih, Van."

"Aku hanya melakukan tugasku."

Kulihat Magnolia memang menyukai tempat kerja barunya, wajahnya cukup berseri saat kuajak masuk ke tempat ini. 

Sayangnya aku harus segera pergi karena masih banyak urusan yang harus kuselesaikan. 

* * * 

Nikho menjemput Magnolia tepat di jam pulang kerja. Dia sengaja tak ingin membiarkan wanita itu pulang sendiri.

"Nikho,"

Nikho memasang senyum di wajahnya, "Bagaimana pekerjaan barumu, kau suka?"

"Tidak buruk," sahutnya.

Nikho membuka pintu depan, "Masuklah," suruhnya memberi isyarat. Magnolia masih diam menatap pintu mobil yang terbuka. Sebenarnya dirinya tak ingin pulang bersama Nikho. Tapi dia tetap melangkah dan mendudukkan diri di jok depan. Nikho segera menutup pintunya dan menyusul di balik kemudi. Mobil segera melaju, seperti biasa mereka hanya diam di sepanjang perjalanan ke rumah sakit. Tapi konsentrasi Magnolia buyar oleh aroma makanan yang membuat perutnya bergemuruh.

Sedap sekali! 

Dia pun melirik ke jok belakang, ada beberapa bungkus plastik putih di sana. Sesampainya di rumah sakit, saat mereka turunln dari mobil. Nikho memberikan bungkusan itu padanya.

"Ini makan malam kita, kau pasti lapar kan!" katanya menyodorkan.

Magnolia menatapnya heran, tapi dia menerima barang-barang itu. Mereka pun masuk ke dalam ruangan Orion, di mana Utari sedang membaca majalah di sofa. 

Meski agak canggung, tapi Utari menerima kehadiran Nikho dengan baik. Walau dirinya menyadari kalau putrinya sepertinya merasa tidak terlalu nyaman bersama pria itu. 

Hampir setiap hari Nikho menjemput Magnolia pulang kerja, mengantar ke rumah sakit, makan malam bersama, bahkan mengajaknya makan di luar. Perlahan Magnolia mulai terbiasa dengan kehadiran Nikho. 

"Terima kasih," ucapnya saat Nikho mengantarnya ke rumah sakit. Sayangnya Nikho ada janji penting yang membuatnya tak bisa berlama-lama seperti biasa.

"Hanya itu?"

"Ha?"

"A, maksudku ... yah ...."

Nikho merasa linglung sendiri karena keceplosan. Dia berharap wanita itu mengucapkan hal lain, atau sebuah basa-basi yang bisa mengarahkan tentang kejelasan hubungan mereka. 

"Ehm, besok aku yang akan mengantarmu  bekerja karena Ervan tak bisa. Itu saja," katanya sedikit kikuk. Magnolia menatapnya aneh. 

Nikho menyadari tatapan wanita itu, karena dirinya tak ingin terlalu lama terjebak keadaan seperti itu maka dia pun segera membalikkan badan dan mulai melangkah. Berjalan sedikit cepat. Magnolia masih menatap hingga pria itu masuk ke mobil.

Nikho diam di balik kemudi.

Sementara Magnolia berdiri di sisi ranjang adiknya. 

"Rion," desisnya, "kapan kau akan siuman? Kau tahu, kami merindukan suaramu. Candaanmu,"

Utari menghampiri putrinya.

"Lia, Mama ingin bicara," katanya meminta waktu. 

Perlahan Magnolia menoleh mamanya, "Tentang apa, Ma?"

Nikho memegang kemudi dan mulai menyalakan mesin mobil. Sejenak dia menoleh ke jok di sebelahnya, tapi dia justru menemukan sesuatu di sana. Dia memungut benda itu,

"Ini kan, handphone Magnolia," Nikho menggenggam benda itu lalu mematikan mesin mobilnya lagi.

"Entahlah, Ma!" seru Magnolia ragu. Mereka duduk bersebelahan di sofa.

"Lia, jangan suka menggantungkan perasaan. Jika kau tidak menyukainya, kau tak perlu memberinya harapan," pesan Utari.

"Aku tidak tahu, Ma. Belakangan dia memang bersikap manis dan lembut, juga sopan. Tapi aku takut,"

"Apa yang kau takutkan, Nak? Nikho terlihat sangat baik."

 Magnolia menatap mamanya, "Mama tidak tahu siapa dia, seperti apa dia sebenarnya, dan bagaimana dia menjalani hidupnya selama ini. Ma, duniaku berbeda dari dunia yang dia jalani. Aku tidak mungkin bisa berdampingan dengan orang seperti itu,"

"Lia,"

"Ma,"

Nikho meremas benda di genggamannya, ternyata dia mendengarkan dari depan pintu yang dia buka sedikit. Dia berniat mengembalikan handphone Magnolia yang tertinggal di mobilnya, tapi saat hendsk masuk dia justru mendengar pembicaraan Magnolia dengan mamanya. Akhirnya di memutuskan untuk mendengar dulu, dan ternyata apa yang didengarnya sungguh bukan apa yang dia harapkan.

Akhirnya Nikho meninggalkan tempat itu begitu saja, selama perjalanan dia terus mengingat apa yang diucapkan Magnolia. Wanita itu sungguh tak menginginkan kehadirannya. Bahkan tak ingin berdampingan dengan dirinya. Hal itu membuat emosi Nikho naik, saat bertemu teman bisnisnya dia bahkan marah-marah hanya karena hal sepele yang temannya ucapkan. Membuatku bingung dengan sikapnya. Padahal belakangan aku mulai menyukai sikap Nikho lebih bijaksana dan pemurah, bahkan mengampuni Chen yang sudah mengkhianati kami. Biasanya dia tidak memberi ampunan pada pengkhianat. Seorang pengkhianat harus dibasmi!

Terpaksa aku tak membiarkannya menyetir mobil sendiri saat pulang. "Sesuatu terjadi, Nik? Kau terlihat aneh," heranku. 

Nikho tak menyahut, dia hanya memasang ekspresi marah dan kecewa.

"Apa ini ada hubungannya dengan Lia?" tebakku. Biasanya jika sudah seperti itu karena dia bertengkar dengan Magnolia.

Nikho tetap diam. "Kalian bertengkar lagi?"

"Tidak. Aku hanya lelah," sahutnya singkat dan tegas. 

Jadi benar terjadi sesuatu! 

Setelah kami sampai ke rumah, kuputuskan untuk menghubungi Magnolia saat Nikho sudah memasuki kamarnya.

Magnolia segera mengangkat handphonenya ketika nama Ervan muncul di layar.

"Halo,"

"Lia, apa aku menganggu?"

"Tidak, aku hanya sedang santai."

"Ada yang ingin kutanyakan, ehm ... apakah kalian bertengkar lagi?" tanyaku. Dia diam tak untuk memerapa saat.

"Maksudmu, aku dan Nikho?" herannya.

"Siapa lagi?"

"Tidak, seingatku tidak terjadi apa pun. Kenapa?"

"Nikho bertingkah aneh malam ini, dan biasanya jika dia seperti itu, itu karena kalian bertengkar. Apa kau yakin kalian baik-baik saja?"

"Van, untuk apa aku bohong padamu. Kami memang tidak bertengkar, tadi dia masih baik-baik saja setelah mengantarku ke rumah sakit," Magnolia kembali diam untuk beberapa detik. "Tunggu! Tadi seorang perawat memberikan handphoneku. Katanya, tertinggal di mobil temanku. Itu pasti Nikho, tapi kenapa dia harus mengembalikannya melalui seorang perawat? Kupikir ... itu karena terburu-buru!"

"Begitu?"

"Tadi aku sudah bertanya padanya, biasanya dia akan menceritakan semuanya padaku. Tapi kali ini dia tak mengatakan apa pun!"

"Apa dia ...."

Magnolia tak melanjutkan kalimatnya. "Kenapa, Lia?"

"Tidak, tidak apa-apa. Ehm ... Van, aku mulai mengantuk. Bisakah kita sudahi dulu pembicaraan ini?" pintanya.

"Ok, tak apa. Nanti aku akan coba bicara lagi padanya."

Aku yakin telah terjadi sesuatu. Tapi apa? Kata Magnolia mereka tidak bertengkar!

* * *

Magnolia berdiri menatap ke luar jendela. Malam ini dia memutuskan untuk menginap di rumah sakit karena Utari tidak mau pulang. Sementara Utari sudah pulas di sofa. 

"Apa yang terjadi, apakah Nikho mengamuk tidak jelas? Apakah dia mendengar pembicaanku dengan Mama? Jika iya ...."

* * *

Bersambung ....

Selanjutnya, Part 7

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun