Magnolia menatapnya heran, tapi dia menerima barang-barang itu. Mereka pun masuk ke dalam ruangan Orion, di mana Utari sedang membaca majalah di sofa.Â
Meski agak canggung, tapi Utari menerima kehadiran Nikho dengan baik. Walau dirinya menyadari kalau putrinya sepertinya merasa tidak terlalu nyaman bersama pria itu.Â
Hampir setiap hari Nikho menjemput Magnolia pulang kerja, mengantar ke rumah sakit, makan malam bersama, bahkan mengajaknya makan di luar. Perlahan Magnolia mulai terbiasa dengan kehadiran Nikho.Â
"Terima kasih," ucapnya saat Nikho mengantarnya ke rumah sakit. Sayangnya Nikho ada janji penting yang membuatnya tak bisa berlama-lama seperti biasa.
"Hanya itu?"
"Ha?"
"A, maksudku ... yah ...."
Nikho merasa linglung sendiri karena keceplosan. Dia berharap wanita itu mengucapkan hal lain, atau sebuah basa-basi yang bisa mengarahkan tentang kejelasan hubungan mereka.Â
"Ehm, besok aku yang akan mengantarmu  bekerja karena Ervan tak bisa. Itu saja," katanya sedikit kikuk. Magnolia menatapnya aneh.Â
Nikho menyadari tatapan wanita itu, karena dirinya tak ingin terlalu lama terjebak keadaan seperti itu maka dia pun segera membalikkan badan dan mulai melangkah. Berjalan sedikit cepat. Magnolia masih menatap hingga pria itu masuk ke mobil.
Nikho diam di balik kemudi.