Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Novelet] Magnolia

8 Maret 2018   23:00 Diperbarui: 8 Maret 2018   23:06 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.pixabay.com

Tapi kenapa Nikho lakukan semua itu?

"Apa yang kauinginkan?" tanya Magnolia.

"Bukankah sudah kukatakan," sahut Nikho tegas. 

"Kau tahu, kenapa aku tidak suka berurusan dengan orang sepertimu?" tanya Magnolia. Nikho hanya diam, menunggu kelanjutan kalimat wanita itu. "Karena seperti inilah yang terjadi, kalian sok berkuasa dengan uang dan kekuatan. Memaksakan kehendak kalian sesuka hati, menghalalkan segala cara. Itulah hal yang paling kubenci ... tidak semua, bisa kau beli dengan uang dan kekuasaan. Khususnya diriku, jika kau pikir dengan membuatku kehilangan pekerjaan aku akan menyerahkan diriku padamu. Itu tidak akan terjadi. Aku ... tidak akan menyerahkan diriku pada orang sepertimu!" Tegas Magnolia melepaskan diri dengan kasar dan meninggalkan tempat itu.

Nikho terpaku di tempatnya. Mencoba mencerna ucapan wanita itu, dirinya sudah berusaha bersikap lembut. Tapi kenapa selalu berakhir seperti ini?

Aku berdiri bersandar mobil di halaman depan restoran. Sengaja aku menyusul untuk mengetahui perkembangan dua orang itu. Kuharap kali ini mereka akan memiliki malam yang lebih manis. Tapi anganku hilang saat kulihat Magnolia muncul dari pintu restoran dengan mata sembab. Aku tahu terjadi hal diluar rencana yang kusiapkan untuk mereka. Pasti Nikho mengacau lagi!

Magnolia melihatku tapi dia tak peduli, dia terus berjalan cepat meninggalkan restoran. Aku terpaksa mengejarnya.

"Lia, tunggu!" panggilku. 

Wanita itu tak memedulikan seruanku. "Lia!"

Dia malah berlari, aku pun ikut berlari mengejarnya. Kuraih lengannya dan dia meronta. Berteriak memintaku untuk melepaskannya. Tapi aku tak bisa melepaskannya. Dan dia kian kuat meronta seraya memukuliku dengan tasnya.

Karena dia sepertinya mengamuk, aku harus meraih tubuhnya dan memeluknya dari belakang untuk menenangkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun