"Dia lebih pantas menjadi putriku!" dalihnya.
"Tapi dia bukan putrimu!" potong Reza seraya menaruh kaki kanannya di atas lutut kirinya. "Ed, jika kamu masih saja bersikap seperti dulu, selamanya cinta itu akan lari darimu. Kamu tidak mau mati sebagai bujang lapuk kan?"
"Itu lebih baik daripada aku harus mati sebagai bajingan!" dengusnya.
"Setidaknya perjuangankan cintamu selagi bisa, meski gagal itu lebih baik daripada tak berusaha sama sekali!" celetuk Reza sedikit kesal karena sahabatnya itu susah sekali dibujuk tentang cinta sedari dulu.
"Ada banyak hal yang tidak kamu mengerti, Za. Tentang Sonia," mata Edwan menerawang jauh. Ia berharap dengan adanya dirinya dalam kehidupan Sonia, ia bisa membuat gadis itu memiliki seseorang yang bisa membuatnya merasa terlindungi. Tapi sepertinya, itu justru membuat jalan Sonia semakin sulit. Edwan diam mengingat percakapannya dengan kakaknya pagi tadi.
"Jadi, gadis liar itu tak hanya menggoda Rocky. Kamu bahkan ikut terjebak oleh tipuan pesonanya!"
"Sonia tidak melakukan kesalahan apapun, jika aku memiliki hubungan dengannya, itu hanya hubungan pertemanan. Kalaupun ada sesuatu diantara kami, kurasa itu bukan urusanmu, Mas!"
"Kamu begitu membelanya, Ed. Padahal kamu tahu, gadis itu ingin merenggut kebahagiaan putriku!" lantang Hardi. Edwan melotot dengan pernyataan kakaknya.
"Keputus asaanmu membuatmu menjadi orang lain, Mas. Perhatianmu terhadap Nancy itu sangat berlebihan, Mas Hardi hanya mementingkan perasaan Nancy, lalu bagaimana dengan Rocky. Jika Nancy menikah dengannya, itu hanya akan membuat Nancy menderita karena Rocky tidak pernah mencintainya!"
Hardi diam dengan ucapan adiknya, ia kembali mengenang masa lalunya yang masih meninggalkan rasa sakit dan keputus asaan. Lalu ia kembali menatap Edwan. "Aku tidak mencintai Nera saat menikahinya, tapi aku tak pernah menyakitinya!" ucapnya.
Edwan mendengus dengan sahutan kakaknya.