"Alan,"
"Yang terpenting sekarang adalah kebahagiaan Rana!" aku kembali memotong kalimat papa, "biarkan dia yang memutuskan!"
Aku yakin papa setuju dengan hal itu, papa bukankah orang yang egois. Aku tahu papa berniat mengalah untukku, tapi aku juga tahu...Rana pasti akan lebih memilih papa. Bisa saja kami memutuskan untuk tak saling berhubungan lagi dengan Rana. Tapi Rana sendiri pernah meminta ijin kepadaku,
"Kau tidak keberatan kan, jika aku menjalin hubungan dengan Albert?" dia bertanya sambil mencelupkan kakinya ke kolam, aku masih berendam di dalam kolam renang. Di tepian sambil menenggak orange juice.
"Bukankah aku bukan pacarmu, kenapa aku harus keberatan!"
"Kau kan anaknya!" dia memonyongkan bibir tipisnya,
"Memangnya apa yang kau sukai dari papaku? aku kan lebih ganteng darinya, lebih muda!"
"Karena dia tidak brengsek, dia juga menawan. Menurutku..., mamamu sangat bodoh karena meninggalkannya!" cibirnya. Aku langsung mendengus kesal,
"Jangan membahas wanita itu, itu membuatku ingin muntah!"
"Ok,"Â
"Kenapa kau hanya mau berkencan dengan papa, bagaimana denganku yang sudah lama mengejarmu?"