"Pacarmu banyak Alan, aku tidak mau menjadi salah satu dari mereka!" sahutnya tanpa membuka mata, aku menepikan mobilku di pinggir jalan yang cukup sepi dekat taman kota. Di bawah rindang pohon Cherry. Ku tatap wajah manisnya yang bermake-up lembut.
"Aku mengencani mereka karena kau masih selalu menolakku."
"Alasan!"
"Kalau aku berhenti berlaku seperti itu, kau mau...berkencan denganku?" tanyaku lembut. Dia membuka matanya perlahan, membalas tatapanku.
"Mungkin bisa ku pertimbangkan!"
"Sungguh?" girangku spontan. Aku sedikit mendekat padanya, memasang rona kebahagiaan. Dia tersenyum juga, lalu tiba-tiba saja dia menarik tubuhnya dari jok. Menggerakannya ke arahku, kurasakan sesuatu yang lembut dan hangat menyentuh bibirku. Mataku melotot seketika, itu bibirnya, yang dia sapukan dua detik ke bibirku. Aku hanya mampu mematung tak percaya, sementara dia tersenyum melihat reaksiku lalu berkata,
"Terima kasih sudah menadi adikku yang manis!" ucapnya. Aku ingin membuka mulut tetapi ia segera memotong, "aku mau tidur, jangan menggangguku!" ancamnya. Ia segera ke posisinya yang semula dan memejamkan mata, kutatap kembali wajahnya. Aku masih tersesat dalam pikiranku sendiri, apakah tadi itu nyata? Dia menciumku!
Aku girang bukan kepalang, meski hanya sapuan ringan selama dua detik. Tapi itu adalah sebuah sinyal kuat yang bisa ku tangkap darinya. Hembusan lembut menerpa darinya, dia sudah terlelap. Dan sangat anggun saat tertidur.
Kami jadi semakin dekat, tapi masih sama. Tak berstatus pacaran, dia justru berkata, "baiklah Alan, jika aku tak juga mendapatkan pria yang cocok dalam tahun ini..., kau boleh menjadi pacarku!" berarti harus menunggu tahun depan. Tirak adil. Tapi aku tetap senang, dan ya, aku sudah meninggalkan kebiasaanku gonta-ganti cewe. Aku akan setia terhadapnya seperti kata papa. Jika aku ingin mendapatkan perhatiannya aku harus buktikan bahwa aku pantas untuknya.
Â
Hari ini aku berencana membawa Rana ke rumah untuk makan malam. Sekalian ku kenalkan ke papa, dia cantik sekali memakai gaun perak rancangannya sendiri, dilengkapi dengan blazer putih yang modis. Wah..., kalau begini, papa bisa kecantol juga. Aku mulai kuatir.