"Papa tidak lagi berhubungan dengannya," sahutnya datar. Aku bisa menangkap kesedihan dalam nadanya, aku tahu papa tidak rela putus kontak dengan teman chattnya itu.
"Kenapa?"
"Papa ini kan sudah tua, daripada memikirkan hal seperti itu...kan lebih baik papa memikirkan kelakuanmu yang amburadul itu!"
"Ohok!"
Air putih yang sedang mencium lidahku harus muncrat keluar membasahi meja dan beberapa hidangan. Tapi untungnya aku tidak kesedak, segera kulap mulutku dengan tisu dan membalas tatapan papa.
"Kau tahu, papa tidak mau kau tumbuh seperti anak-anak relasi papa. Berteman dengan miras, sex party, dan disambung narkotika. Papa tidak ingin melihatmu hancur, papa membebaskanmu melakukan apapun bukan berarti...kau bisa menggauli semua itu!" terang papa. Aku hanya mematung, "papa tidak akan menjodohkanmu demi bisnis, meski teman-teman papa sering menanyakanmu untuk putri mereka. Papa tidak mau, kau menjalani rumah tangga seperti itu. Yang pada akhirnya, kau akan menghancurkan hidupmu, anak-anakmu. Tidak Alan! Papa tahu bagaimana rasanya, dan itu cukup menyakitkan!"
Aku kian terpaku. Papa memang menikah karena perjodohan dengan wanita itu, papa belajar mencintainya. Memberinya kasih sayang, tapi apa yang dia dapat? Hanya pengkhianatan, dan tak hanya sekali. Meskipun aku telah hadir diantara mereka, wanita itu tetap saja berlaku sesuka hatinya. Pergi kesana-kemari tidak jelas, pulang dalam keadaan mabuk. Hingga dia bertemu dengan seseorang yang menurutnya pangeran hatinya, dia pergi. Bersama pria itu, meninggalkan papa. Meninggalkanku.
Kami masih berharap wanita itu akan kembali pada kami, hingga suatu hari, saat papa membawaku berlibur ke Australi. Kami bertemu dengannya, di sebuah restoran, dia bersama pria itu. Aku sangat merindukannya, maka akupun berlari dan langsung memeluknya. Kupikir dia akan memelukku, menciumku, karena kerinduan yang sama. Bagaimanapun aku adalah anaknya. Tapi apa?
Dia mendorongku hingga jatuh terjerembat, memarahiku dengan lantang hingga semua mata mengarah padaku.
"Kau ini, dasar anak tidak tahu aturan. Datang-datang langsung memelukku seenaknya, kau pikir kau ini siapa? Ha?"
"Mama...!"