Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengantin Papaku (3)

30 Agustus 2016   16:11 Diperbarui: 1 September 2016   07:03 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku bukan mamamu, pergi! Aku tidak punya anak sepertimu!"

"Gisela!" seru Albert, "kau boleh tidak menganggapku, tapi bagaimanapun...Alan adalah anakmu. Dia lahir dari rahimmu!"

"Itulah kebodohanku, seharusnya dia tak pernah kulahirkan!"

"Kau keterlaluan Gisela,"

Keesokan harinya, papa mendapat surat gugatan cerai. Dan dia langsung menandatanganinya, saat itu usiaku 8 tahun. Aku cukup mengerti dengan perlakuan wanita itu terhadapku, sejak hari itu aku tidak mengharapkannya lagi. Bagiku dia sudah mati. Dia tak pernah ada.

* * *

Aku menjemput Rana di kantornya, seperti biasa aku harus menunggunya lebih dari satu jam di parkiran.

"Kalau kau terus membuntutiku begini bagaimana aku bisa mendapat cowo untuk kencan!" ketusnya begitu memasuki mobilku, "kencan saja denganku, aku siap kapan saja!" balasku.

"Maumu!"

Aku tertawa ringan dan langsung tancap gas. Sebenarnya aku tahu kalau dia juga memiliki perasaan terhadapku, tapi mungkin karena gengsi dengan usia atau teman-temannya maka dia tak mau mengakui hal itu.

"Kenapa kau tidak mau pacaran denganku?" sekali lagi kutanyakan hal itu padanya, dia sedang memejamkan mata. Joknya ia turunkan sedikit, kedua kakinya menekuk naik ke jok, tubuhnya miring menghadapku. Dia memeluk bantal yang memang selalu ada di dalam mobilku, bantalku semasa kecil. Dia sangat menyukainya. Dia memang biasa tidur sejenak di dalam mobil setiap kali kujemput dari kantor. Tapi kali ini aku tahu dia belum terlelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun