[caption caption="pixhome.blogspot.com"][/caption]Sebelumnya, Pengantin Papaku (2)
Â
Beberapa hari ini aku harus melihat langit mendung di dua sisi, pertama pada papa, kedua...keceriaan Rana yang memudar. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Rana. Kalau papa aku sudah pasti tahu. Dan itu karena aku.
"Pa, aku tidak masalah kok, kalau papa mau menjalih hubungan dengan seseorang. Asal itu bisa membuat papa senang, dan...orang itu...!"
"Papa tidak memikirkan itu lagi, mengurusmu saja terkadang membuat papa pusing!" potong papa.
"Kenapa jadi aku?"
"Kapan kau akan fokus pada satu gadis saja?" papa melirikku tajam, "bukankah kau bilang kau jatuh cinta pada seseorang, tapi papa masih memergokimu gonta-ganti cewe!" sindirnya,
"Dia hanya menganggapku sebagai adik, apa boleh buat!"
"Kau sama payahnya dengan papa, tak bisa menakhlukan hati wanita!"
"Hanya satu wanita pa, tapi setidaknya kami dekat!" protesku. Kami diam melanjutkan sarapan, lalu kupecahkan kediaman itu dengan bertanya kepadanya, "pa, ehm..., lalu...bagaimana dengan teman chatt papa itu?"
Papa terdiam, berhenti mengunyah lalu perlahan menatapku.