Sudah lebih dari tiga jam aku berputar membelah jalanan ibukota, tapi belum satupun yang mencegat dan menjadi pelanggan. Biasanya di jam segini aku sudah dapat beberapa. Tapi hari ini..., entahlah..., mungkin memang belum rejeki. Atau..., memang sedang SERET. Padahal sebelumnya aku sudah mangkal di terminal yang juga penuh dengan teman-temanku, tapi hanya segelintir orang saja yang menggunakan jasa kami.
Jadi kuputuskan untuk mencari di jalanan saja, tapi lihatlah... argoku masih kosong. Apakah tidak ada seorangpun yang bersedia mendermakan uangnya untukku mengejar setoran hari ini?
FIUHH....
Aku hanya mampu mendesah, apalagi perutku yang belum kulempari apapun sudah mulai protes. Sedangkan uang di kantong harus kugunakan sebagai modal jika ada pelanggan yang butuh kembalian. Tapi mereka tidak akan keberatan jika secangkir kopi menghangatkan tubuhku. Aku celingukan mencari warkop yang terletak di pinggir jalan. Setelah ku temukan, akupun menepi dan memesan secangkir kopi. Ku dudukan diriku di dekat beberapa pria yang berseragam sama denganku.
"Rame neng?" tanya yang berada di sisiku. Pria 40-an tahun, sedikit botak dan berkumis tebal. Ku kembangkan senyum tipis menyambut pertanyaannya.
"Masih kosong pak, mungkin belum rejeki!"
"Cantik-cantik kok mau nyopir taksi neng?"
"Memangnya tidak boleh ya pak?" balasku,
"Eneng kan cantik, kenapa tidak jadi model atau bintang sinetron!"
"Udah penuh pak artisnya, sampai banyak yang nggak kepake lagi. He...he...ya...pak, saya sih kerja apa saja saya sikat pak. Yang penting halal, kebetulan...saya suka jalanan!"
"Ouh...!"