"Kamu yang seharusnya minggir!"
Dimas mengepalkan tinjunya, "jadi memang benar, kamu yang menyembunyikan Sonia. Apa yang kamu lakukan terhadapnya?" lantangnya.
"Menyembunyikan? Ya..., aku sudah dengar dari Evan soal itu. Tapi maaf Di, aku nggak menyembunyikan Sonia!"
"Pembohong, kamu memang brengsek!" seru Dimas meninju wajah Ryan hingga terpental ke samping. Sonia terkejut dengan aksi spontan Dimas. Sementara Erik hanya menonton.
Ryan menyeka lubang hidungnya yang berdarah, ia melihat tangannya yang merah lalu membalas pukulan Dimas. Mereka jadi beradu fisik.
"Hentikan!" seru Sonia. Tapi keduanya tak ada yang mau mendengar, terlebih Dimas. Amarah menguasainya, apalagi ia melihat wajah Sonia yang lebam dan tergores-gores, pastilah Ryan melakukan sesuatu yang buruk!
Melihat pertarungan kedua pemuda itu, Soniapun akhirnya mengambil langkah. Ia masuk ke dalam perkelahian dan memisahkan tubuh keduanya, "cukup!" ia berdiri di tengah-tengah. Kedua tangannya terentang, yang kiri berada di dada Dimas dan yang kanan di dada Ryan. Dimas kembali hendak menyerang Ryan,
"Dimas!" teriak Sonia menghentikannya. Dimas terdiam seketika, kini Sonia menurunkan kedua tangannya, bergeser hingga bertatapan dengan Dimas.
"Ryan nggak menyembunyikanku, dia yang menolongku!" katanya. Dimas sedikit terbelalak, melirik Ryan yang tersenyum penuh kemenangan.
"Menolongmu!" desis Dimas.
"Aku nggak suka dengan sikapmu tadi!" ungkapnya.