Sonia ingat memang dialah sosok yang muncul sebelum dirinya pingsan semalam, ia sedikit membuang muka seraya menjawab, "baik!"
"Kamu masih saja acuh sama aku!" tukasnya dengan mengulum senyum. Senyum yang sebenarnya manis dan membuatnya terlihat tampan, tapi hal itu sedikitpun tak membuat gadis di depannya terpengaruh.
"Dimana aku?"
"Rumah sakit!"
"Aku tahu, maksudku...dimana ini?"
Ia mengerti maksud sang gadis, semalam ia menemukan gadis cantik itu di dekat perbatasan Sukabumi. Entah apa yang terjadi, tapi ia tahu gadis itu baru saja mengalami hal yang buruk. Ada seseorang yang hendak mencelakainya, itu jelas terlihat dari bekas tamparan di pipi dan bekas ikatan di pergelangan tangannya yang lebam.
"Kita ada di rumah sakit Siloam, aku nggak mau ambil resiko dengan membawamu ke klinik atau rumah sakit kecil terdekat semalam!"
"Aku nggak apa-apa, aku cuma kelelahan mencari jalan keluar dari hutan!" elaknya.
Pemuda itu memperdalam tatapannya, mencoba menebak siapa yang hendak melukai gadis yang membuat hatinya goyah itu. Meski ia tahu gadis itu selalu acuh dan tak suka padanya, tapi justru karena gadis itu tak menginginkannya maka ia sangat menginginkannya.
"Siapa yang melakukan itu?" tanyanya. Sonia memutar wajahnya hingga mereka kembali bertatapan, ia merasa tak perlu memberitahu.
"Ayolah Sonia, nggak mungkin kamu sengaja berada di sana kan?" terkanya, "dari kondisimu, aku tahu ada yang berbuat jahat sama kamu. Mungkin aku bisa membantu!"tawarnya.