"Hei, kenapa kamu menangis sayang?" tanyanya seraya bangkit duduk. Tangis Nancy kian menjadi, "pa..., Rocky..., dia nggak pernah mengangkat teleponku lagi. Dan tadi saat mengangkat teleponku, dia malah bilang kalau pertunangan kami batal. Dia nggak bisa seenaknya gitu dong pa...," tangisnya mengadu.
"Mungkin dia hanya bercanda, sayang!"
"Bercanda, pa...ini sungguhan. Dia bahkan bilang kalau aku harus mencari orang lain yang lebih cocok denganku, ini keterlaluan pa. Ini pasti karena gadis miskin itu. Pa..., aku nggak mau kalau harus bersaing dengan gadis miskin itu, aku mau Rocky kembali sama aku!"
Nancy tak berhenti mengoceh dan menangis bahkan sampai Nera ikut terbangun, lalu marah-marah mengetahui apa yang membuat putrinya menangis seperti itu. Hardi membuka matanya kembali. Nancy adalah satu-satunya harapannya, kebahagiaannya. Setelah ia gagal menemukan, setelah ia putus asa mencari. Ia tidak mau kehilangan lagi, tidak akan.
Edwan membawa Sonia memasuki sebuah restoran nusantara, pemiliknya adalah teman kuliahnya. Resto itu warisan dari keluarga, meski Reza lulusan Sarjana Ekonomi ia tetap melanjutkan bisnis keluarga sejak ibunya meninggal.
Sonia duduk di salah satu meja pengunjung, menikmati segelas minuman segar, sementara Edwan berbincang dengan Reza di ruangan Reza.
"Aku mohon padamu, tolong ijinkan dia bekerja di sini. Dia sangat rajin dan pekerja keras, aku tidak tahu lagi harus minta tolong pada siapa!"
Reza menatap Edwan dengan penuh selidik, lalu menyunggingkan senyum yang membuat Edwan merona, "sepertinya gadis ini sangat istimewa, sampai kamu memohon-mohon begitu padaku?"
"Aku tidak sedang bercanda Re!" dalihnya.
"Sebenarnya aku tidak sedang membutuhkan pegawai, tapi...berhubung kita teman. Oklah, tak apa. Dia boleh bekerja di sini, dan kamu jangan kuatir, rahasianya aman!" janjinya. Edwan memang menceritakan semua tentang latarbelakamg Sonia yang ia tahu karena ia pikir itu lebih baik daripada Reza tahu belakangan.
"Dan mana dia, aku jadi penasaran seperti apa gadis itu?" goda Reza dengan senyum nakal seraya bangkit dari duduknya. Edwan mendengus dengan godaan itu, kasusnya sama dengan Dimas. Selama ini ia tak pernah terlalu peduli dengan wanita manapun, dan tiba-tiba saja begitu respect terhadap seorang gadis. Masih muda lagi, pasti gadis itu gadis yang istimewa. Jelas saja geliatnya mudah di kenali oleh orang-orang teedekatnya.