"E, saya...!"
"Kamu tahu apa itu haiku?"
"Haiku...," desisnya lirih, matanya berputar untuk mencoba mengingat apa yang ia tahu. Tapi saat ini isi otaknya bukanlah tentang sastra melainkan Sonia, "e..., itu..., sastra Jepang - bu!" sahut Dimas. Bu Inez sedikit mendengus kesal dengan sahutan Dimas. Tapi ia masih ingin sabar.
"Bisa kamu mendeskripsikannya dan memberi sebuah contoh haiku yang populer?"
"Ehm...," ia menggaruk lehernya yang tak gatal. Celingukan, terlihat oleh matanya Gio menggeleng dan membiarkannya kebingungan.
"Keluar dari kelas saya Dimas!" suruh bu Inez. Dimas sedikit melebarkan bola matanya, "bu, tapi...!" katanya yang segera di potong oleh bu Inez kembali, "keluar dari kelas saya dan berdiri di lapangan!" suruhnya, "hormat pada sang Saka Merah Putih dan jewer satu kupingmu, jangan berhenti sebelum bell istirahat!" tegas Bu Inez. Hampir semua anak hendak tertawa, tapi melihat keseriusan guru mereka yang cantik, mereka tak berani menggelakan tawa. Hanya cekikikan saja menatapi Dimas yang hampir tak pernah kena hukuman.
Ini adalah kali kedua ia di keluarkan dari kelas karena memikirkan Sonia. Dimas menekuk wajahnya yang memerah lalu berjalan keluar, "dan Dimas!" panggil bu Inez menghentikan langkah pemuda itu, "jangan lupa angkat satu kakimu juga ya?" tambah bu Inez. Dimas kian kesal, ia berjalan cepat menuju lapangan dan melaksakan hukumannya. Bu Inezpun kembali melanjutkan pelajaran.
* * * Â
Rocky kembali mengetuk pintu kamar Sonia, dan masih sama. Tak ada tanggapan. Jadi ia yakin gadis itu tak ada di kamarnya, ia kembali mencoba menghubunginya. Masih aktif, tapi juga sama, tak di angkat. Kirim pesanpun percuma. Tak akan di balas. Jadi ia kembali menelpon om Edwan. Di jam segini, ia tak mungkin berfikir Sonia bersama Dimas karena pemuda itu pasti masih berada di sekolah. Jadi orang pertama yang muncul di benaknya adalah om Edwan karena akhir-akhir ini Sonia dekat dengan pria itu.
Edwan menerima panggilan itu seraya melirik Sonia yang sedang menggigit D'Creppes coklat pisang keju, mereka duduk di sebuah coffeshop di dalam sebuah shopping center. Soniapun meliriknya,
"Hallo!" sapa Edwan.