Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Panggil Aku Komunis

15 Mei 2016   14:37 Diperbarui: 15 Mei 2016   14:54 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Begini nak Lukman!" kata bapak membuka kata, dan memang pandangannya tertuju ke arah Mas Lukman, "sepertinya hubungan nak Lukman dengan anak kami Rizka, tidak dapat di lanjut lagi!"

Telingaku bagai di sambar petir, hingga jantungku hampir berhenti berdetak. Aku termangu menatap bapak dengan tatapan tak percaya, beliau tahu aku sangat mencintai Mas Lukman, begitupun Mas Lukman yang sangat mengasihiku. Dia adalah lelaki pertama yang menjadi kekasihku sekaligus yang pernah ku bawa pulang untuk ku kenalkan pada orangtuaku. Dia adalah cinta pertamaku, dan ku yakini akan menjadi cinta terakhirku pula. Tapi detik ini...

"Maksud..., maksud bapak apa ya?" tanya mas Lukman, "apakah saya melakukan kesalahan pak, kalau begitu tolong kasih tahu biar saya coba memperbaikinya pak?"

"Pak, kok...bapak bicara seperti itu?" tanyaku masih tak mengerti, bapak masih menatap wajah mas Lukman, "nak Lukman ndak melakukan kesalahan apa-apa, tapi hubungan nak Lukman dengan anak kami...ndak seharusnya terjadi!" jelas bapak. Ku gelengkan kepalaku perlahan dengan mata yang memanas.

Bisa ku rasakan mas Lukman juga menampakan ekspresi yang sama denganku, tak mengerti dengan semua ini. Kami sedang berada di tangga menuju puncak kebahagiaan, bahkan beberapa saat lalu kami masih bisa merasakan butir-butir rasa bahagia itu, tapi kini..., rasanya kami baru saja di hempaskan ke lubang yang dalam dan gelap tanpa sebab yang pasti.

"Kenapa pak?" tanyaku lagi, sebutir airmata menggelinding di pipiku. Hangat ku rasakan, "kenapa-begitu. Apakah ada yang salah, bukankah selama ini...bapak dan ibu setuju dengan hubungan kami?"

"Maafkan bapak nduk, tapi ini yang terbaik untuk kalian. Terutama kamu, sebelum semuanya kian jauh!"

"Tapi Rizka ndak ngerti pak, kenapa tiba-tiba bapak...!"

"Pernikahan kalian ndak akan di setujui oleh keluarga nak Lukman, juga oleh negara!"

Aku kian tercekat dengan pernyataan bapak, apa maksud semua perkataannya? Dan dadaku mulai bergemuruh, seolah sesuatu yang buruk memang benar adanya.

"Pak, saya benar-benar ndak ngerti pak. Apa maksud bapak?" tanya mas Lukman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun