"Eyangmu sudah menyiapkan kamar kusus untukmu!"
"Kamar, paman. Aku rasa aku akan menyewa kontrakan saja."
"Menyewa kontrakan, tidak Marisa. Kau akan tinggal bersama kami, itu keputusannya!" tegas pamannya. Marisa diam untuk beberapa saat,
"Keputusan, maaf paman. Aku memilih sendiri keputusanku, meski kalian mengaku sebagai keluarga ibuku, bukan berarti kalian bisa mencampuri hidupku semau kalian!"
"Paman bisa mengerti jika kau mungkin membenci kami, kau memang berhak untuk itu. Tapi paman mohon, tinggallah bersama kami selama kau di sini. Demi Eyangmu, atau...demi mendiang ibumu!" harap pamannya. Marisa termangu, "demi ibu!" berani sekali mereka mengatasnamakan ibunya untuk membuatnya menuruti mereka!
Apakah mereka pikir mereka berhak berbicara seperti itu? Mereka pikir mereka siapa?
Â
Tubuh Marisa terlonjak dengan bunyi bell apartemennya yang berdentang, lamunannya segera buyar. Karena dering bell berulang maka iapun segera berjalan ke pintu dan membukanya,
"Hi dear!" sapa Mike yang langsung memeluknya erat dengan satu tangan karena satu tangannya lagi penuh dengan barang bawaan. Marisa hanya diam terpaku karena cukup terkejut akan kedatangan tunangannya itu, Mike melepas pelukannya, "am I surprise you?" tanyanya.
"Aem..., I though you will overnight in Paris?"
"No, 'cause tomorrow will be a longday. So, I decide to back earlyer, I need a rest!"