"Mau berdansa?" tanya Liana. Mata Nicky melebar. Apakah ia sedang bermimpi, dulu dirinya yang mengajak wanita itu berdansa di taman ini. Sekarang, wanita itu yang mengajaknya?
"A-apa?"
Liana tak memberi jawaban atau mengulang ajakannya, tapi ia segera memungut kedua tangan suaminya dan menaruhnya ke pinggangnya seraya merapatkan diri tanpa memindahkan tatapan lembutnya. Lalu ia taruh kedua tangannya di pundak suaminya. Kedua telapak tangan itu merayap hingga ke tengkuk lalu menyatu, mereka masih diam dalam posisi itu hingga sekian saat. Mata mereka saling tatap, hangat.
Perlahan keduanya mulai bergerak lembut, silir angin, gemerisik dedaunan, seolah menjadi nada-nada indah yang mengiringi gerakan mereka. Jika waktu itu adalah dansa termanis yang pernah ada, maka kali ini..., adalah dansa terindah yang pernah mereka rajut bersama. Setitik airmata jatuh dari pelupuk Nicky, tapi dari mata Liana, justru mengalir. Dan itu bukanlah airmata kesedihan, tapi kebahagiaan..., yang akan mereka ingat selamanya.
Â
__________• The End •__________
Â
• T.B.W.O.A Trilogi ~ The Wedding (second novel)
Â
Â