Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

The Broken Wings of Angel, The Wedding #Epilogue

29 Februari 2016   15:53 Diperbarui: 29 Februari 2016   16:52 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bi Ratih!" panggil Nicky ketika wanita itu berjalan mendorong troli makanan berisi sajian lengkap, wanita itu berhenti, "tuan!" sahutnya.

"Biar aku saja!" katanya merebut troli itu, wanita itu pun mengalahkan lalu menyingkir. Nicky mendorongnya memasuki kamar, dimana Liana duduk bersandar di kasur sembari membaca buku tebal. Mendengar pintu kamarnya terbuka, Liana mengerling. Ia tahu itu Nicky, karena jika orang lain pasti akan mengetuk pintu lebih dulu. Ia tetap tak memindahkan wajahnya dari buku di pangkuannya.

Nicky mendorong troli makanan itu ke sisi Liana, dan ia duduk di bibir ranjang di sisi wanita itu. Menatap wajah istrinya yang terus mengarah ke bawah.

Hening, hanya detak jam dinding yang melantun. Nicky tahu istrinya tidak akan menutup buku itu, apalagi menyentuh makanan yang tersaji jika dirinya masih berada di ruangan itu. Pasca operasi wajah dan kaki dua hari lalu, Liana memang di minta untuk bedrest dulu, luka di wajahnya sudah bersih, kakinya juga sudah bisa di gunakan untuk berjalan dengan normal. Tapi tidak boleh terlalu lelah dulu. Sebenarnya Liana tak mengucapkan apapun saaat Nicky mengatakan akan memberikannya operasi wajah dan kaki, tapi karena Nicky sudah mempersiapkan semuanya, tak mungkin di batalkan.

"Apa kau akan terus bungkam padaku?" tanya Nicky lirih, Liana masih diam, "aku tahu..., aku melakukan banyak kesalahan terhadapmu. Apakah kau benar-benar tak bisa memaafkan aku?" lanjutnya. Liana masih menatap bukunya, meski konsentrasinya sudah tak di sana lagi. Ia lebih mendengarkan ucapan suaminya.  

"Kau hanya diam seperti ini saat aku berada di sekitarmu, kau...," Nicky memotong kalimatnya. Jelas ada kepedihan dalam ucapannya yang sebenarnya membuat mata Liana memanas, "jika kau memang tak mau aku berada di dekatmu..., aku akan menjaga jarak. Tapi..., rumah ini..., membutuhkan keceriaanmu!"

Nicky sedikit memutar pandangannya, banyak yang ingin ia katakan. Tapi ia tak tahu bagaimana mengungkapkan semuanya, ia bukanlah seseorang yang pandai menunjukan perasaannya, maka iapun berdiri. Diam beberapa detik lalu melangkah menuju pintu. Liana memejamkan mata untuk menahan agar airmatanya tak jatuh. Nicky menghentikan langkah di sisi pintu yang masih terkatup rapat, ia menoleh, menatap wanita itu yang masih bergeming.

"Oya, boleh..., ku katakan sesuatu!" katanya, ia tak menunggu Liana menyetujui karena ia tahu wanita itu tak akan berbicara.

"Mungkin selama ini kau berfikir, pernikahan kita terjadi...atas keinginan kakek!" ucap Nicky, "kau tahu, kakek tidak pernah..., memaksaku untuk menikahimu. Pernikahan kita..., ada..., karena aku yang menginginkannya!" suara Nicky sedikit bergetar saat mengutarakannya, Liana melebarkan mata mendengar pengakuan suaminya.

"Karena aku menginginkanmu!" sambung Nicky, kini Liana mengangkat wajahnya perlahan, membalas tatapan suaminya. Dengan tatapan tak percaya, tapi ia melihat kesungguhan di mata berwarna sedikit keemasan itu.

"Karena..., aku mencintaimu!" ungkap Nicky. Liana tertegun di buatnya, dirinya sendiri tak pernah mengucapkan cinta pada Nicky, "aku juga tidak tahu sejak kapan aku mulai mencintaimu, mungkin..., sejak pertama kali kita bertemu. Atau..., sejak pertama kali aku menciummu. Entahlah..., tapi..., aku sangat tidak rela, melihatmu dekat dengan pria lain!" kediaman menyelimuti kembali untuk sekian detik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun