"Saat pertama kali melihatmu di parkiran waktu itu....aku memang kembali merasakan sesuatu, setelah sekian lama aku mengubur hatiku dengan yang namanya wanita!" desis Anthony, matanya menerawang ke awang-awang, "kembali jatuh cinta padamu, pada pandangan pertama. Tapi sekali lagi kau menghancurkannya, ketika aku tahu kau adalah istri Nicky. Meski begitu, aku merasa tak keberatan jika sainganku adalah Nicky. Tapi ternyata, kau bahkan masih bersama Rizal. Meski dia tetap hanya sebagai pembantumu!"
Liana menoleh seketika, "Rizal bukan pembantuku!" elaknya, Anthony menyunggingkan senyum simpul.
"Tidak heran jika Nicky juga merasa cemburu, kau masih saja lebih mementingkan Rizal!"
"Kau tidak tahu apapun tentang hubungan kami!"
Anthony menolehnya, menarik punggungnya kembali tegap, "aku juga tak mau tahu, dia tidak penting, iya kan?" sahutnya, ia kembali tersenyum, merentangkan satu tangannya, "kemarilah!" katanya. Liana menatapnya dengan tatapan tak percaya lagi, berani sekali dia bersikap seperti itu! Lianapun membuang muka.
Akhirnya Anthony yang mendekat, menaruh lengannya di pundak Liana sebelah kiri lalu merapatkannya ke tubuhnya, Liana meronta tapi Anthony mendekatnya erat dengan satu tangannya itu.
"Dengar Liana, aku sudah cukup bersabar. Aku memberimu perhatian saat suamimu mencampakanmu, aku peduli padamu saat Nicky tak memedulikanmu, aku mencintaimu.....tapi tetap saja kau tak pernah melihatku!" Liana masih mencoba meronta, tapi cengkraman Anthony terlalu kuat untuknya.
"Dan lagi-lagi kau menolakku, saat ku tawarkan kebahagiaan untukmu!" geramnya, "aku memang mencintaimu, tapi sekarang.....kau kembali menumbuhkan rasa benci yang pernah kau tanamkan dulu, jadi....jangan salahkan aku!" katanya penuh arti. Liana memutar kepalanya perlahan sampai menemukan mata Anthony yang cukup mengerikan dan penuh dendam.
Anthony melempar tubuh Liana begitu saja ke sofa itu lalu berdiri. Sementara Nicky masih duduk di kursinya, termenung ketika Mela memberitahukannya bahwa pemilik warung kopi itu memang Liana. Tapi Daren tak sempat bertemu karena warungnya sudah tutup lebih awal. Jadi selama ini istrinya bertahan hidup dengan membuka warung kopi layaknya wanita miskin? Melayani banyak orang dengan kopi-kopi buatannya, kopi yang harusnya hanya Liana seduh untuknya!
Liana masih terhempas di sofa ketika Anthony memanggil beberapa orang masuk ke ruangan itu. Dan orang-orang itu, beberapa adalah orang yang menculiknya tadi. Liana mulai panik, karena ia tahu ini tidak akan baik, apalagi melihat mimik Anthony yang cukup nakal.
"Maaf sayang, kau sudah membuatku cukup terhina dengan semua perbuatanmu. Dan aku ingin, kau merasakan....bagaimana rasanya, menjadi hina!" seru Anthony seraya mengangkat sebuah handycam, mengarahkannya pada Liana. Ia memberi isyarat mata kepada semua anak buahnya, Liana semakin panik ketika orang-orang itu mulai mendekatinya dengan seringai nakal dan buas.