"Liana!"
"Liana?"
* * *
Daren sampai di dekat warung kopi Liana dan ternyata tutup, ia memarkir mobilnya di depan minimart lalu bertanya pada tukang parkirnya apakah benar pemilik warung kopi itu bernama Liana. Dan orang itu menjawab iya, ia juga bertanya apakah kakinya pincang? Orang itu juga jawab iya. Berarti benar, itu memang Liana. Ia kembali menghubungi Mela yang masih duduk di balik mejanya sementara hampir seluruh karyawan kantor sudah bubar. Paling yang tinggal yang punya lemburan saja.
Liana membuka matanya perlahan, ketika sudah terbuka lebar ia cukup terkejut mendapati seseorang yang di kenalnya sedang duduk di sofa menatapnya, sangat santai. Ia pun segera bangkit duduk, mengamati sekelilingnya, ternyata ia juga berada di sofa. Dan ruangan itu cukup asing, itu bukan apartemennya.
Matanya kembali bertemu dengan pria itu, ia heran! Jika ingin bertemu harusnya dia tinggal menjemputnya secara baik-baik, bukan dengan menculiknya seperti itu.
"Jadi mereka orang-orangmu?"
"Kau terkejut?" katanya balik bertanya tanpa bergerak, "jika ku minta baik-baik kau pasti akan menolak kan? Jadi....terpaksa!"
"Kau tahu jawabanku jika kau masih ingin meminta hal yang sama!"
"Kau sangat cantik saat tidur, Liana!" pujinya penuh arti, membuat mata Liana melotot. Apakah pria itu terus memandanginya saat dirinya tak sadarkan diri? Anthony mengulas senyum di bibirnya, "jangan menatapku seperti itu?" katanya.
"Dimana aku?"