"Apa yang harus ku lakukan sekarang?" desisnya pada diri sendiri, "aku tidak mungkin menghubungi Nicky, tidak saat ini. Tapi jika aku diam saja lalu terjadi sesuatu pada Liana, dan kasusnya sampai ke polisi lalu mereka tahu kalau aku mengetahui.....Nicky bisa saja menuduhku bersekongkol dan memenjarakanku!" katanya memukul stir dengan geram, tentu saja ia tak ingin Nicky tahu. Karena itu bisa membuat hubungan Nicky dan Liana membaik. Tapi ia juga tak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Liana sementara ia tahu.
"Rizal!" desisnya,"ya Rizal, aku harus mencari Rizal!" katanya langsung pergi ke pangkalan angkot, ia melihat mikrolet biru dengan jurusan yang sama seperti yang pernah di bawa Rizal saat ia melihatnya. Iapun menepikan mobilnya lalu keluar, ia mendekati sopir angkot yang sedang menunggu penumpang sambil bersantai minum kopi di warung di pinggir jalan.
"Maaf bang!"
"Saya neng?" tanya Panjul menolehnya, ia terpaku menatap wanita di dekatnya. Mimpi apa semalam sampai di datangi bidadari?
"Bang!" panggil Ivana karena orang itu malah bengong, "eh, iya neng!" sahut Panjul tersentak, iapun berdiri.
"Abang tahu sopir angkot yang namanya Rizal Irawan?"
"Rizal Ira....wan...., oh si Rijal. Iya, tahu neng!"
Ivana bernafas lega, "biasanya bang, kalau jam-jam ini Rizal dimana?" tanyanya, "wah...kalau udah sore gini sih....biasanya si Rijal nyamperin Liana di warungnya, soalnya takut kalau Liana pulang sendiri entar terjadi apa-apa!"
"Ouh....di warung kopi itu ya?"
"Iya neng!"
"Terima kasih ya!" katanya berbalik, tapi dia ingat kalau Liana tak ada di sana. Dan memang sekarang Rizal lagi bingung karena tak menemukan Liana di warungnya, ia pikir Liana sudah pulang makanya ia langsung saja menuju rumah.