Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Broken Wings of Angel ~ The Wedding #Part 33

27 Januari 2016   11:54 Diperbarui: 27 Januari 2016   12:22 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya, The Wedding #Part 32

Nicky masih menatap pintu yang sudah terkatup rapat di depannya, tangannya mengepal geram. Rahangnya mengeras, jakunnya terlihat naik turun, ucapan Anthony masih bisa ia dengar di sekelilingnya.

"Kau mencampakannya, Nicky. Kau membiarkannya menanggung hidupnya sendiri, kau bahkan tak memberinya nafkah lahir batin, selama hampir enam bulan. Dan kau masih punya muka mengaku sebagai suaminya?"

Nicky juga masih ingat senyum sinis Anthony saat itu, yang dengan jelas menghinanya. Dengan jelas menyatakan bahwa dirinya dekat dengan Liana.

Jadi mereka memang punya hubungan?

Sejauh apakah hubungan mereka?

Nicky mengencangkan kepalan tangannya, untung kuku-kukunya tidak panjang hingga tidak sampai menusuk kulitnya. Tapi dadanyalah yang terasa seperti di tusuk-tusuk dengan belati hingga membuatnya sesak bernafas, bahkan sampai hendak meledak. Jika sampai Anthony Robert berani menyentuh istrinya ia bersumpah akan membunuh pria itu! Mungkin, menghajarnya dulu sampai babak belur.

"Nicky!"

Suara Mela mengagetkannya, tubuhnya sedikit terlonjak melihat sekretarisnya sudah berdiri tak jauh darinya.

"Aku mengetuk pintu tapi tak ada sahutan darimu, jadi....aku masuk saja. Boleh aku tahu apa yang terjadi?"

Nicky mengalihkan kembali pandangannya dari Mela, tak menyahut.

"Kau meminta pertemuan private dengan Anthony, itu....!"

"Aku tidak mau mendengarmu menyebut namanya, Mey. Dan aku tidak mau membahasnya!" potongnya tegas. Mela mengerling sejenak, ia tahu pasti telah terjadi sesuatu Antara Nicky dan Anthony, dan sepertinya....itu bukan tentang pekerjaan.

"Ferhan menelpon hpmu tapi tidak aktif, jadi dia menghubungiku. Mungkin sebaiknya kau menghubunginya segera!" katanya sambil menaruh sebuah map ke meja Nicky.

"Terima kasih!" sahutnya datar,

"Ok, aku....kembali ke mejaku!" tukas Mela masih memperhatikan Nicky, karena sepertinya bosnya itu masih butuh privasi jadi ia segera kembali ke mejanya.

Nicky segera memungut hpnya dan mengaktifkannya, tadi sengaja ia off agar tak ada yang mengganggu. Setelah aktif kembali ia segera menghubungi Ferhan, menunggu jawaban....

"Kata Mela kau menelponku, ada apa?"

.....

"Ok, kita bertemu di tempat biasa saja!"

.....

"Ok!"

* * *

Liana sudah kembali sibuk di warung kopinya, di jam makan siang lumayan banyak juga orang yang singgah untuk minum, entah minuman panas atau es.

Anthony memperhatikan tempat itu dari dalam mobilnya di pinggir jalan, ia sudah terlalu lama menunggu. Dan kini ia pikir sudah saatnya ia bertindak, ia tak mau menunggu lagi, apalagi dengan apa yang Nicky lalukan hari ini.

Ketika tempat itu mulai sepi ia pun menjalankan mobilnya dan memarkirnya di halaman sebuah minimart tak jauh dari sana tempatnya biasa menaruh mobilnya jika sedang ke warung Liana. Ia menghampiri tempat itu ketika sedang kosong.

Mendengar langkah kaki memasuki warungnya, Liana yang sedang membereskan beberapa gelas harus menolehnya. Mengetahui siapa yang datang ia tak segera melayaninya, tapi meneruskan pekerjaannya.

Anthony tetap berdiri, memperhatikan wanita itu.

"Apa kau akan selalu mengacuhkanku?"

Pertanyaan Anthony membuatnya terdiam, tak bergerak, "aku ingin bicara serius denganmu, cukup penting!"

Liana membalik tubuhnya, menatap pria itu, "apa selama ini kita tak pernah bicara serius?" tanyanya, "lagipula.....katakan saja, toh sedang sepi!"

"Tak bisa di sini!"

"Kenapa?"

"Karena ini cukup privat!"

Liana melangkah, "ini cukup sepi sekarang, kau bisa bicara!" tegasnya, Anthony menajamkan pandangannya, sekarang memang sepi, tapi terkadang tiba-tiba bisa ada orang. Tapi ia juga tahu ia tak bisa memaksa Liana hanya dengan ucapan, dengan kekerasan....itu juga tak mungkin!

Akhirnya ia melangkah ke dalam, menghampiri wanita itu hingga berdiri berhadapan. Mata mereka bertemu, saat ini Liana bisa melihat kesungguhan dari matanya, tapi ia tak tahu, kesungguhan itu untuk apa?

"Aku ingin kau bercerai dengan Nicky!" pinta Anthony. Liana terpaku, matanya melebar, pria itu memintanya untuk bercerai dengan Nicky?

"Kau sudah gila?" desis mulutnya dengan sendirinya, ia menggeleng pelan. Entah artinya apa?

"Dia tidak memedulikanmu lagi, dia membiarkanmu hidup seperti ini. Dan kau masih ingin bertahan?"

"Aku yang pergi!"

"Dan dia tidak mencarimu, jika memang dia peduli padamu, harusnya dia bisa menemukanmu sejak dulu. Tapi dia malah asyik bersama mantan kekasihnya!"

"Ivana di sana karena Nino!"

"Itu tak menjamin mereka tak melakukan apapun, anak itu....membutuhkan status yang jelas dari ayahnya. Nicky harus menikahi Ivana, apakah....kau siap untuk dimadu?"

Liana kian terpaku, menegangkan urat-uratnya hingga leher jenjangnya ikut menegang. Itu juga termasuk hal yang ia takutkan, meski jika itu memang harus......

"Nicky tak berusaha untuk membawamu kembali padanya, Liana. Dia membiarkanmu tetap di sini, mungkin....dia juga tak pernah mencintaimu!"

Liana menggeser arah matanya, "aku bisa membuatmu bahagia," lanjut Anthony, "kami masih menikah!" potong Liana tanpa mengembalikan pandangannya.

"Ya, hanya secara hukum. Tapi pada kenyataannya, kalian sudah berpisah, kalian bukan suami istri lagi!"

Liana menoleh kembali pada pria itu, "apa yang sebenarnya kau inginkan, kenapa kau selalu menggangguku?" tanya Liana sedikit keras, Anthony membalas tatapan itu dengan lebih tajam.

"Yang aku inginkan, kau tahu apa yang aku inginkan!" sahutnya, "kau, aku menginginkanmu. Aku bisa membuatmu bahagia, aku akan memberikan apapun yang kau butuhkan, apapun Liana. Kau hanya tinggal menceraikan Nicky, kau bisa pakai pengacaraku!"

Liana mengepalkan tinjunya dengan geram, ia cukup merasa terhina dengan keinginan Anthony.

"Lalu setelah itu?" tanya Liana dengan gerutu,

"Kita bisa hidup bersama, hanya kau dan aku, kita berdua. Bahkan tanpa Rizal!"

Sepertinya Anthony bersungguh-sungguh dengan hal itu, Liana memang menyadari sikap Anthony padanya selama ini, tapi ia tak menyangka kalau pria itu benar akan menyatakan perasaan dan keinginannya secepat itu. Bahkan dalam keadaan yang rumit seperti ini.

"Terima kasih, kau sudah peduli padaku. Tapi aku tidak akan bercerai dengan Nicky, kecuali dia yang menceraikanku terlebih dulu!"

Jawaban Liana cukup membuat Anthony menghela nafas dengan geram, Liana menolaknya. Kembali menolaknya secara jelas dan mentah.

Tercipta keheningan di ruangan itu, keduanya masih berdiri berhadapan. Dan kali ini, Anthony benar-benar merasa terhina dengan penolakan itu, ia sudah cukup bersabar selama ini. Mencoba menepikan dendamnya ketika ia menyadari ia benar jatuh cinta pada Liana. Tapi ia tidak akan menerima semua ini begitu saja,

Dengan kilat pria itu meraih pundak Liana dan mendorongnya hingga merapat meja, "apa hebatnya Nicky sampai kau begitu tergila-gila padanya!" teriaknya. Itu membuat Liana cukup tersentak, "dia hanya seorang pengecut, kau tidak seharusnya menikah dengannya Liana. Karena aku yang harusnya jadi suamimu, hanya aku!" nafas Anthony terlihat terengah-engah, matanya jadi cukup mengerikan.

Itu membuat Liana cukup takut, Anthony yang biasanya lembut padanya saat ini bisa segarang itu! Apalagi punggung bagian bawahnya terasa sakit akibat terkantuk meja.

Dua orang memasuki warung dan mereka tercengang dengan apa yang mereka temukan, mereka cukup mengenal pria yang sedang bersama pemilik warung itu karena keduanya adalah pelanggan tetap di sana dan sering melihat Anthony datang berlama-lama, juga ngobrol dengan pemilik tempat itu.

Liana dan Anthony menoleh, tapi sepertinya Anthony tak merasa terkejut.

"Ada apa Mbak?" tanya salah satu dari pelanggan itu, "e, e....tidak ada apa-apa!" sahut Liana tergagap, Anthony pun melepaskan Liana dari tangannya dan mundur tapi matanya masih terpatri pada mata wanita itu. Tanpa mengucap apapun ia pun beranjak meninggalkan tempat itu. Liana masih terpaku.

Terlihat dua orang itu memperhatikan Anthony hingga keluar lalu menoleh Liana yang masih terdiam dalam posisinya, "apa pria itu menyakiti mbak?" tanya salah satunya.

Liana menghela nafas, "tidak, kami baik-baik saja!" katanya berbalik dan berjalan ke wastafel, membuka kran dan mencuci tangan, tapi itu hanya untuk pengalihan. Ia masih sedikit syok, dan ucapan Anthony masih mengganggunya. Apa maksud pria itu dengan mengatakan bahwa harusnya dia yang jadi suaminya, siapa sebenarnya Anthony?

* * *

Ivana mengemudikan mobilnya sambil meliriki Nino yang pulas di atas babychair di sampingnya, Nicky menyuruhnya untuk pergi dari rumah itu. Ia tahu sejauh ini ia masih tak mampu mengalihkan Nicky dari Liana meski wanita itu sudah tersingkir dari rumah. Sepertinya Nicky benar-benar jatuh cinta pada Liana, atau....itu hanya karena wasiat kakeknya? Tapi apapun itu, ia inginkan masa depan yang baik untuk Nino.

Untuk materi itu bukan masalah karena dirinya memiliki segalanya, tapi Nino butuh seorang ayah. Seorang ayah! Tapi apakah yang telah ia lakukan selama ini? Bagaimana jika suatu saat nanti Nino tahu yang sebenarnya, apa yang telah ia lakukan hanya demi bisa memberikannya seorang ayah? Apakah Nino akan mengerti?

Ia menghentikan mobilnya di halaman sebuah minimart, ada sesuatu yang ingin dibelinya. Karena Nino masih tidur pulas maka ia hanya menurunkan kaca depan lalu mengunci mobilnya dari luar dan masuk ke dalam minimart itu. Selang beberapa menit ia kembali ke mobilnya, saat hendak membuka mobilnya ia menyapukan pandangannya hingga terkunci pada sesosok wanita yang sepertinya ia kenali. Ia mencoba melebarkan matanya untuk memastikan,

"Itu....!" desisnya, wanita itu tampak berbicara dengan seseorang yang sepertinya tukang parkir di luar warung kopi lalu masuk kembali, "Liana!"

---Bersambung.....---

• T.B.W.O.A ~ The Wedding (second novel)

The Wedding #Prologue

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun