"Tidak ada,"
"Aku tidak bodoh, aku bahkan sangat mengenalmu melebihi aku mengenal adikku sendiri. Hem...tentang Liana?"
Nicky mengerling, Brian memasang senyum kecil, "ada apa lagi?"
"Entahlah, sepertinya hubungan kami tidak akan pernah normal!"
"Jangan bicara seperti itu, ucapan adalah doa. Hadapi semua masalah rumah tanggamu dengan kepala dingin, wanita itu memang terkadang susah di mengerti, ya...sekali-kali sajalah kau mengalah!" saran Brian, Nicky melotot dengan saran itu. Lalu Brian segera menyadarinya,
"O iya, aku lupa. Egomu kan tinggi, mana mungkin kau mau mengalah?" cibirnya, Nicky sedikit mengalihkan pandangannya oleh cibiran sahabatnya.
"Seburuk itukah aku sebagai pria?" desisnya, itu membuat Brian tercekat lalu tertawa ringan, "Nicky, ku rasa bukan itu masalahnya, hanya saja....antara kau dan istrimu hanya butuh komunikasi lebih. Kalian jangan hanya bicara jika kalian bertemu di rumah saja, sekali-kali telepon dia, berbicara romantis, atau ajak dinner di luar, atau bahkan pergi liburan bersama!"
"Brian, kau sedang mengejekku?"
"Itu saran, kawan!"
"Kau tahu aku bukan tipe pria seperti itu, lagipula sekarang sedang banyak masalah!"
"Jika hanya Harris Group saja yang terus kau perhatikan kapan istrimu dapat perhatianmu, kau pikir dia tak butuh itu?" kesal Brian, "ok, sekarang jangan mengeluh lagi soal Rizal. Ku rasa dia memang lebih bisa memahami Liana!"