Seharusnya saat itu aku yang menghajarmu sampai mati!
Nicky terus mengutuki Rey dalam hatinya, tapi apakah sekarang itu berguna? Rey sudah mati, tak ada gunanya lagi ia mengumpat atau memaki, tetap saja Rey tertawa di dalam kuburnya saat melihat dirinya dan Liana menderita oleh perbuatannya.
"Kau tahu Liana, Nicky tak pernah mau berbagi wanita dengan siapapun. Dan kau menolakku bukan, karena dia....kita lihat, apakah dia masih mau mencintaimu setelah tahu kau tidur denganku? Satu hal yang pasti, dia benci semua wanita yang pernah bersamaku!"
"Kau berani menolaku mentah-mentah, maka aku akan menghancurkanmu, lebih....dari aku menghancurkan helen. Akan ku buat kau tidak berharga dimata Nicky!"
Nicky menggerutu geras, beraninya Rey mengancam Liana dengan ancaman seperti itu. Dan dia berhasil membuat Liana percaya padanya. Dia memang bukan manusia!
Tokk!
Karena terlalu larut memikirkan hal itu, Nicky tidak sadar Hendra sudah berdiri di depan mejanya. Baru saja mengetok mejanya untuk membangunkannya dari dunia entah apa namanya, ia mendongak dan mendapatkan Hendra menatapnya penuh tanda tanya.
"Kenapa kau...?"
"Jangan protes kenapa aku masuk tanpa ketuk pintu, aku sudah melakukannya tetapi tak ada tanggalan darimu, makanya aku masuk saja, dan ternyata kau sedang asyik melamunkan sesuatu. Ini berkas-berkas yang kau minta, Bos!" katanya menyodorkan benda yang di pegangnya.
Nicky memungutnya dan mulai membukanya, "ada berapa?" tanyanya, tanpa menoleh, "sekitar tujuh orang, itu yang terbaik menurut kami!" sahut Hendra.
"Baiklah, akan ku pelajari. Besok suruh Mela siapkan meeting direksi, kita membutuhkan pendapat para dewan juga!" suruhnya, "siap bos!" tetapi Hendra masih di sana memperhatikannya.