Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tempat Terindah #29 ; Kamu Bertanggungjawab Atas Nyawanya

10 Agustus 2015   20:40 Diperbarui: 10 Agustus 2015   20:52 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tapi apa yang kamu lakukan?"

Airmata Alisa meleleh sekarang, cengkeramannya terhadap jeruji besi itu menguat.

"Kamu tahu....akibat perbuatanmu...., sekarang Nadine sedang sekarat!"

"Dia masih hidup?" tanya Alisa, "kenapa, kamu mengharapkannya mati?" sahut Ridwan, Alisa terdiam. Bukan seperti itu arti pertanyaannya.

"Dokter bilang....., pisau yang menusuknya melukai ginjalnya. Mereka terpaksa mengangkat salah satu ginjalnya," Alisa kembali terperangah, ia menutup mulutnya dengan telapak tangannya,

"Tetapi.....dia membutuhkan donor ginjal yang cocok untuk bisa bertahan hidup!"

Perlahan tangan Alisa terlepas dari mulutnya, "jika tidak....dia tidak akan bertahan sampai besok!" lanjut Ridwan. Airmata Alisa menetes kembali, "bukankah....golongan darahmu juga A plus!" tambah Ridwan, perlahan Alisa menatap pria itu. Sekarang ia mengerti kenapa Ridwan menemuinya, dia datang karena Nadine membutuhkan ginjalnya, bukan karena ingin mengunjunginya. Airmatanya bertambah deras, tetapi ia segera menghapusnya. Ia tak ingin menjadi selemah itu,

Ia menyeka airmata yang tersisa, meski sebenarnya masih ingin mengalir. Tetapi ia menahannya, dan ia kembali menatap Ridwan, "jika ginjalku bisa membuatnya bertahan hidup, aku bersedia mendonorkannya untuk Nadine!"

"Kamu memang bertanggung jawab atas nyawanya!"

Alisa tak lagi menyahut, kalimat terakhir Ridwan cukup menyudutkannya. Cukup membuktikan bahwa pria itu benar-benar percaya bahwa dirinya yang bersalah, apakah dia sudah tak mampu lagi membaca matanya? Sehingga dia juga berfikir kalau dirinya bisa menjadi sekejam itu, membunuh sahabatnya sendiri?

Alisa mengangguk tetapi sebutir airmata kembali menetes. Rasanya cukup sakit karena pria itu tak cukup mempercayainya, sekuat tenaga Alisa menahan tangis yang sesungguhnya sudah ingin meledak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun