Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tempat Terindah #29 ; Kamu Bertanggungjawab Atas Nyawanya

10 Agustus 2015   20:40 Diperbarui: 10 Agustus 2015   20:52 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

 

 

Ridwan berdiri berseberangan jeruji besi yang mengurung Alisa, saling menatap dengan wanita itu. Ia masih tak percaya jika Alisa bisa melakukan hal seperti itu, dari penyelidikan yang di lakukan oleh polisi di rumah itu, hanya ada sidik jari Alisa dan Nadine, terutama di gagang pisau yang sempat menancap di perut Nadine.

"Aku tidak mengerti kenapa kamu bisa melakukan itu, Alisa. Ku pikir kamu menganggap Nadine sebagai temanmu?"

Alisa hanya diam.

"Kenapa?"

"Haruskah aku jawab, kalaupun aku berkata tidak, tidak akan ada yang percaya kan?"

"Karena kamu memang melakukannya, apa kamu tahu.... Nadine menemuimu untuk apa?" desisnya, Alisa terdiam. "dia ingin menyambung tali yang lebih dekat denganmu Alisa, lebih dari teman. Kau tahu....membutuhkan hati yang besar untuk bisa membuat keputusan seperti itu! "

Alisa masih belum menangkap arahnya,

"Aku berniat meninggalkannya," mata Ridwan berkaca, "hanya untuk kembali padamu....., tapi.....dia lebih rela di madu...bahkan menjadi istri keduaku...., demi kamu!"

Alisa terperanjat, matanya juga memerah dan berembun.

"Tapi apa yang kamu lakukan?"

Airmata Alisa meleleh sekarang, cengkeramannya terhadap jeruji besi itu menguat.

"Kamu tahu....akibat perbuatanmu...., sekarang Nadine sedang sekarat!"

"Dia masih hidup?" tanya Alisa, "kenapa, kamu mengharapkannya mati?" sahut Ridwan, Alisa terdiam. Bukan seperti itu arti pertanyaannya.

"Dokter bilang....., pisau yang menusuknya melukai ginjalnya. Mereka terpaksa mengangkat salah satu ginjalnya," Alisa kembali terperangah, ia menutup mulutnya dengan telapak tangannya,

"Tetapi.....dia membutuhkan donor ginjal yang cocok untuk bisa bertahan hidup!"

Perlahan tangan Alisa terlepas dari mulutnya, "jika tidak....dia tidak akan bertahan sampai besok!" lanjut Ridwan. Airmata Alisa menetes kembali, "bukankah....golongan darahmu juga A plus!" tambah Ridwan, perlahan Alisa menatap pria itu. Sekarang ia mengerti kenapa Ridwan menemuinya, dia datang karena Nadine membutuhkan ginjalnya, bukan karena ingin mengunjunginya. Airmatanya bertambah deras, tetapi ia segera menghapusnya. Ia tak ingin menjadi selemah itu,

Ia menyeka airmata yang tersisa, meski sebenarnya masih ingin mengalir. Tetapi ia menahannya, dan ia kembali menatap Ridwan, "jika ginjalku bisa membuatnya bertahan hidup, aku bersedia mendonorkannya untuk Nadine!"

"Kamu memang bertanggung jawab atas nyawanya!"

Alisa tak lagi menyahut, kalimat terakhir Ridwan cukup menyudutkannya. Cukup membuktikan bahwa pria itu benar-benar percaya bahwa dirinya yang bersalah, apakah dia sudah tak mampu lagi membaca matanya? Sehingga dia juga berfikir kalau dirinya bisa menjadi sekejam itu, membunuh sahabatnya sendiri?

Alisa mengangguk tetapi sebutir airmata kembali menetes. Rasanya cukup sakit karena pria itu tak cukup mempercayainya, sekuat tenaga Alisa menahan tangis yang sesungguhnya sudah ingin meledak.

Ridwan menceritakan keadaan Nadine kepada pihak kepolisian, dan Alisa di ijinkan pergi ke rumah sakit untuk menjadi pendonor bagi korbannya dengan pengawalan ketat.

* * *

Kini Alisa terbaring bersebelahan dengan Nadine di ruang operasi, sebelum terbius Alisa menoleh ke arah sahabatnya.

Maafkan aku Nadine, seharusnya tak ku biarkan kamu datang. Mungkin....., kamu tidak akan tergeletak di sini sekarang? Jika ginjalku bisa membuat kamu bertahan hidup, aku iklas....meski harus menghabiskan sisa hidupku di dalam penjara!

Perlahan pengaruh obat bius mulai membuatnya tertidur.

* * *

"Ke rumah sakit!" desis Lucas,

"Iya, nona Alisa harus mendonorkan ginjalnya untuk korbannya karena kebetulan golongan darah mereka sama. Jadi ada kemunginan ginjalnya cocok!"

"Bisa beritahu saya dimana rumah sakitnya?"

Lucas datang sebagai perwakilan bantuan hukum untuk Alisa, itu sebabnya penjaga penjara itu memberikan informasi. Lucaspun segera pergi ke rumah sakit.

Operasi berjalan lancar, dokter keluar dari dalam ruang operasi.

"Dokter!" seru Ratna,

Dokter itu membuka masker di wajahnya, "operasinya berjalan dengan lancar!" serunya, "alhamdulillah!" seru semuanya, "tetapi....!" lanjut sang dokter.

"Tetapi apa dok?"

"Kita masih harus menunggu reaksi dari pasien, truma di kepalanya cukup serius. Itu menyebabkan pasien masih belum bisa sadar dalam waktu dekat!" jelas Dokter.

"Tapi putri kami akan selamat kan dok?" tanya Pasha, "saudari Nadine akan baik-baik saja, hanya.....luka di kepalanya akan mempengaruhi kesadarannya. Jika dalam 48 jam dia belum sadarkan diri, ada kemungkinan dia akan koma!"

"Koma dok?" desis Ridwan,

"Koma, sampai kapan dok?" tanya Ratna, "kami tidak bisa memastikan, itu semua tergantung sebesar apa keinginan pasien untuk bangkit. Kita berdoa saja, semoga saudari Nadine cepat sadarkan diri!"

Dokter menyingkir dari sana,

Setelah keduanya di pindahkan di ruang rawat masing-masing, keluarga Nadine menungguinya. Sementara Lucas mencoba menemui Alisa tapi dua polisi yang mengawalnya tidak memperbolehkannya, dia di ijinkan bertemu setelah Alisa kembali ke kantor polisi.

"Ini gila!" desis Lucas, ia menghampiri ruangan Nadine. Tetapi ia hanya memandang ruangan itu dari kaca di pintu, lalu pergi. Ia segera kembali ke kantor untuk mengurus beberapa berkas, ia sendiri yang akan mengambil kasus Alisa. Ia percaya Alisa tidak mungkin melakukan itu semua, Alisa yang sekarang!

* * *

Alisa membuka matanya perlahan, ruangan putih itu langsung ia kenali. Ia masih berada di rumah sakit. Ia mencoba untuk bergerak, tetapi luka jahitan di perutnya cukup menyisakan nyeri. Ia kembali merebah, menghela nafas, lalu perlahan ia mencabut jarum infus yang menancap di tangannya. Perlahan meluncur dari ranjang, ia membuka lemari kecil yang berisi pakaiannya, iapun segera lenyap ke kamar mandi untuk ganti pakaian. Setelah itu ia berjalan ke pintu keluar, tetapi seorang perawat masuk untuk mengecek keadaannya.

"Maaf, mbak Alisa mau kemana?"

"Saya mau melihat Nadine, sus!"

"Oh....yang baru mendapatkan donor ginjal itu, masih belum sadar!"

"Belum sadar!" desis Alisa, "mbak Alisa harus istirahat dulu" suruh perawat itu, "tapi dia akan sembuh kan, sus?"

"Kata dokter dia akan baik-baik saja, hanya cedera di kepalanya membuatnya masih belum sadarkan diri. Bahkan kata dokter bisa membuatnya koma!"

"Koma!"

Alisa terdiam, Nadine akan koma?

"Sus, bisakah saya bicara dengan kepala polisi yang ada di luar?"

"Tentu saja!"

Suster membantu Alisa duduk kembali di ranjang setelah itu keluar, tak berapa lama seorang pria berseragam polisi masuk.

"Nona Alisa, bagaiman keadaanmu?" tanyanya, "saya baik pak," sahut Alisa, "pak, bolehkah saya langsung kembali ke sel?"  

"Apa?"

* * * * *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun