"Aku akan mencoba bicara dengannya besok!"
Alisa memasuki rumahnya, mungkin memang seharusnya dirinya yang menjauh. Tapi jika ia pergi sekarang, ia tidak akan tampil di pementasan akbar. Pementasan itu adalah impiannya sejak ia belum keluar dari panti rehab, jadi ia tidak akan menyia-nyiakannya. Ia akan pergi, tentu saja. Setelah pementasan selesai ia akan pergi jauh,lagipula keluarga Ridwan juga sudah membencinya. Tak ada lagi alasan baginya untuk bertahan.
* * *
Alisa keluar dari rumah pagi-pagi sekali, ia tahu Ridwan pasti akan mendatanginya lagi.
Ridwan memasuki toko bakery itu, "maaf mbak Ita, Alisanya ada?" tanyanya, "maaf mas, mbak Alisa pergi sekali!"
"Oh....terima kasih!" katanya lalu keluar dari sana. Ia tahu mungkin Alisa pergi ke makam tante Sinta, maka iapun mencari kesana. Tapi Ridwan tak menemukannya, memang ada taburan bunga yang masih segar di makam itu. Itu Alisa memang datang kesana tetapi dia segera pergi, mungkin wanita itu tahu kalau dirinya akan mencari ke tempat itu.
Tempat selanjutnya adalah sanggar, tapi ia harus ke kantor. Apakah nanti malam saja ia kembali ke rumah Alisa, mungkin ia harus mencari siasat agar wanita itu tidak lari saat melihatnya. Alisa memang datang paling awal di sanggar, begitupun Cheryl dan Naya.
Mereka melakukan pemanasan sendiri terlebih dahulu, sementara beberapa gadis mulai berdatangan dan ganti baju. "hei, apa ini!" kata Diva setelah ia menginjak sesuatu dengan sepatu baletnya, ia mengamati plastik bening mungil yang berisi beberapa butir pil. Seperti obat atau vitamin, teman-temannya mendekati.
Tak ada yang tahu, mereka pada mengangkat bahu. Mereka menemukan itu di lantai dekat rak loker, merekapun segera masuk ke dalam. Memunggu Miss. Anna dan madam Selfie masuk.
"Maaf Miss, kami menemukan ini di ruang ganti!" kata Diva memberikan barang ke kepada miss. Anna yang segera menerimanya. Ia mengamatinya, membuka dan memungut satu. Mengamati kembali pil kecil itu, lalu menatap Diva.
"Dimana kamu menemukannya?"