Liana masih ragu.
"Sinta benar, jika kau menelponnya mungkin dia akan senang!" timpal Rizal, Liana menatap keduanya bergantian lalu kembali menatap telepon genggam di tangannya. Kedua orang itu memperhatikannya seraya menyantap makanan mereka, sementara makanan Liana masih utuh, belum tersentuh. Â
Liana menurunkan tangannya ke pangkuannya, ia tak menelpon Nicky tetapi mengiriminya sebuah pesan. Rizal meliriknya,
tung ting tung.....
Nicky memungut hpnya yang berbunyi di meja, dia sedang ada di ruangannya. Memeriksa beberapa laporan, sebuah pesan masuk. Iapun membuka pesan itu, nama istrinya muncul di layar.
Nicky, jangan lupa makan siang. Sesibuk apapun kau harus meluangkan waktu untuk beristirahat, kalau kau sakit kan aku yang repot!
Nicky tersenyum membaca pesan itu, ada sebuah rasa cemas, dan juga ancaman di dalam pesan yang istrinya kirim untuknya. Rupanya dia sudah mulai pintar becanda dengan pesan itu, seketika senyumnya hilang. Memikirkan kenapa Liana mengiriminya pesan singkat? Itu aneh, tadi pagi dia juga bersikap begitu manis. Membenahi dasinya, hal yang belum pernah di lakukannya selama ini. Apakah ada makna di balik pesannya itu?
* * *
"Mungkin Nicky akan marah melihat belanjaanku!" seru Liana saat mereka berjalan ke parkiran,
"Itu tidak mungkin, selama kalian menikah ini kan pertama kalinya kau belanja!"
"Justru itu, aku tidak mau penilaian Nicky terhadapku berubah!"