"Tidak apa-apa!"
Sebenarnya Alisa hanya tidak ingin bertemu Ridwan dalam keadaan seperti itu, dalam posisi bertiga seperti biasa. Ia tidak tahan melihat Nadine begitu dekat dengan pria itu, dan semakin sering ia bertemu Ridwan maka akan semakin sulit untuk bisa merelakannya. Sementara ia juga tak ingin melukai hati sahabatnya, sahabat yang baru ia dapatkan. Semoga saja seiring berlalunya waktu ia bisa melupakan Ridwan dari hatinya. Tapi apakah itu bisa?
Ridwan pamitan dengan Ibunya di meja makan, tapi sebelum anaknya beranjak Dewi menghentikannya dengan sebuah pertanyaan.
"Ibu dengar Alisa sudah keluar dari panti rehab, bahkan dia kembali ke sanggar yang sama!" seru Dewi, "apakah dia kenal baik dengan Nadine?"
"Kenapa Ibu tanyakan itu?"
"Alisa dan Nadine satu sanggar sekarang, dan kamu sering mengantar-jemput Nadine. Tentu saja kamu sudah ketemu lagi dengan Alisa kan?"
Ridwan memandang ibunya, ia menghela nafas dalam. "mereka bahkan berteman!" sahutnya, "apa?" seru Dewi. "lalu....apakah Nadine tahu siapa Alisa?"
"Sejauh ini.....Nadine belum tahu tentang masalalu kami!"
"Kalau begitu kamu harus minta Alisa untuk menjauhi Nadine!"
"Kenapa?"
"Kenapa, kamu tahu siapa Alisa. Dia pasti bisa membahayakan Nadine!" cemas Dewi, "itu tidak akan terjadi Bu!" bela Ridwan. Dewi menghela nafas dengan berat, "Alisa tahu kamu dan Nadine bertunangan?"