"Karena aku mencintaimu!" aku Ryan, "dan kamu juga tahu....., mungkin aku nggak akan bisa membalasnya!" tambah Cheryl, "aku akan menunggu, menunggu sampai kamu bisa mencintaiku!"
"Cukup Ryan!" seru Cheryl seraya berdiri, "seharusnya kamu tidak memaksakan diri!" tambahnya. Ryan ikut bangkit dari duduknya, meraihkan kedua tangannya ke perut wanita itu dan memeluknya hangat dari samping. "tidak apa-apa, jika kamu belum bisa mencintaiku!" desisnya lembut, membenamkan wajahnya pada rambut Cheryl yang berwarna coklat, menikmati keharumannya. "tapi jangan suruh aku untuk berhenti mencintaimu, karena itu tidak akan pernah terjadi!" bisiknya di telinga Cheryl sambil mempererat dekapannya. Cheryl hanya diam terpaku, matanya memerah. Ia tahu Ryan memang tulus mencintainya, dan cinta seperti itu yang memang ia inginkan. Tapi bukan dari Ryan melainkan dari pria lain. Dari pria yang ia tahu tidak mungkin bisa memberikannya. Sebutir airmata mengelinding dari matanya.
*****
Alisa sudah kembali membuka toko bakerynya, bagaimana pun Fitri dan Ita membutuhkan pekerjaan. Mereka sudah cukup nyaman bekerja di sana. Alisa mengangkat hpnya yang berdering sejak tadi, itu Nadine.
"Assalamu alaikum.....!"
"Waalaikum salam, Alisa. Nanti aku jemput ya, kita berangkat bareng!"
"Ehm....kamu di antar sopir?"
"Tidak, tadi aku minta Ridwan buat jemput aku!"
Ada kediaman sejenak sebelum Alisa membuka mulutnya kembali, "Nadine, maaf. Mungkin kita tidak bisa berangkat bareng karena pagi ini aku mau ke makam mama dulu sebelum ke sanggar!"
"Oh....begitu, ya sudah!" ada nada kecewa dari suara Nadine, "tidak apa-apa, nanti aku langsung ke sanggar saja. Kita ketemu di sana saja ya!"
"Iya, maaf ya!"