"Tidak Alisa!"
"Cukup Wan, apa kamu tidak sadar....pernikahanmu sudah di depan mata. Apa kamu tidak memikirkan perasaan Nadine?"
Buliran bening mulai menggenangi mata Alisa, "bukankah kamu juga bilang....kalau kamu mencintainya. Maka jangan sakiti dia!"
"Alisa....!"
"Sudah malam, sebaiknya kamu pulang!" usir Alisa seraya melangkah tapi Ridwan meraih lengannya untuk menghentikan langkahnya. "kamu yang menagih janjiku, kamu yang memintaku untuk meninggalkan Nadine. Tapi sekarang, kenapa kamu mau yang menyerah?"
"Aku tidak menyerah, hanya.....aku sadar.....!" Alisa menghela nafas dalam, "kita tidak mungkin bisa bersama lagi!" katanya tanpa menoleh. "tapi bagaimana kalau aku ingin kita bersama?" tanya Ridwan. Alisa menolehnya perlahan, menatap mata Ridwan yang menatapnya dalam.
"Mungkin....., akan banyak yang terluka!" sahut Alisa.
Keduanya diam, Ridwan masih mencoba mencerna kalimat itu. Tapi saat ini, entah.....ia sungguh ingin bisa bersama wanita yang ada di hadapannya. Alisa mengalihkan pandangannya seraya melepaskan diri dari tangan Ridwan, tapi pria itu malah meraihnya ke dalam dekapannya.
"Ridwan, lepaskan aku!" tapi Ridwan malah mengencangkan dekapannya, "jangan sekarang, jangan!" pintanya. "aku sungguh sangat merindukanmu, mungkin.....memang tidak sebesar kerinduanmu. Tapi aku ingin bersamamu!" ungkapnya. Alisa terdiam, airmata kembali mengaliri pipinya. Ia sadar bahwa dirinya juga sangat merindukan pria yang kini memeluknya, tapi sekarang ada seseorang yang jauh lebih berhak dari dirinya.
Ridwan menenggelamkan wajahnya di rambut Alisa yang terurai lurus, menikmati harumnya helaian itu. Tapi Alisa justru mendorongnya, Ridwan masih mencoba mempertahankannya dan Alisa semakin kuat mendorong tubuhnya menjauh. Karena Ridwan yang kali ini keras kepala maka Alisa terpaksa melayangkan sebuah tamparan ke pipinya, membuatnya terpaku seketika. Alisa menatapnya dengan nafas tak teratur lalu tanpa bicara ia melangkah ke pintu. Membuka kuncinya dan menghilang ke dalam, menyandarkan dirinya di pintu. Sementara Ridwan masih terpaku di tempatnya berdiri, wajahnya masih ke samping akibat tamparan Alisa. Ia benar-benar menyadari bahwa dirinya memang masih sangat mencintai wanita itu, meski ia juga tak bisa mengingkari perasaannya terhadap Nadine. Wajarkah jika dirinya mencintai dua wanita sekaligus?
*****