Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Price of Blood # Part 17

15 Mei 2015   21:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:00 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


"Jangan khawatir, hanya luka kecil kawan. Tak akan membunuhku!" sahutnya lalu membalas serangan kembali. Kapten Rizky juga masih sibuk di tangga, muncul seseorang dari atas, ia segera menembaknya sebelum orang itu membidik lebih dulu. Orang itupun tersungkur dan menggelinding ke arahnya, ia merapat ke dinding membiarkan tubuh musuhnya jatuh. Lalu ia menoleh ke arah dua rekannya. Saat itu pintu masuk sebelah kiri di jebol beberapa orang, Andi dan Febri segera mengarahkan senjatanya ke sana tapi keduanya segera mengurungkan niat ketika mendengar suara yang di kenalnya.


"Ini kami, bodoh!" seru Danny lalu melesatkan tembakan ke arah jam 2 dari posisi Andi. Andi pun menoleh ke sana lalu kembali memutar matanya kepada temannya. "thanks!" desisnya. Tembakan dari musuh kembali datang dari sisi lain, bahkan dari lantai di atasnya. Semuanya membalas serangan seraya mencari tempat berlindung. Kapten Rizky terus naik ke tangga, Danny dan Jonan menyusulnya sementara yang lain masih mengurus musuh dari ruangan itu.


Reiner terus menuntun Selina naik, karena tergesa-gesa Selina sempat tersandung anak tangga dan hampir terjatuh. Untung saja Reiner memegang lengannya dengan kuat. "hati-hati!" serunya. Suara helikopter terdengar mendekat, "ayo cepat, kita hampir sampai!" katanya menuntun Selina kembali naik. Mereka menembus pintu loteng yang juga di jaga banyak anak buahnya.


"Kalian jaga tempat ini dari musuh!" serunya, terlihat helikopternya sedang mendaratkan diri. Reiner dan Selina berjalan ke arahnya. Reiner berhenti dan menatap adik iparnya, "aku hanya bisa mengantar kalian dari sini!"

"Kakak tidak ikut dengan kami?"

"Aku akan menghalau mereka, kau tidak perlu khawatir. Keselamatan bayimu lebih penting, pergilah sekarang!"

"Tapi kak!"

"Cepat!" seru Reiner mendorong Selina dengan lembut. Tempat itu di penuhi beberapa baranh dan tong. Suara tembakan pun terdengar mendekat, Selina bergegas ke arah helikopter. Pintu loteng di jebol dan baku tembak langsung terjadi, Reiner ikut membantu seraya berlindung di balik tong. Selina semakin panik dan mempercepat langkahnya. Tapi tembakan juga di lontarkan ke arah helikopter hingga membuat Selina harus menjauh dari helikopter dan mencari tempat berlindung agar bayinya tak terluka.


Sementara Amar, Rio dan Faizal sampai juga di ruangan tempat Febri, Aditya dan Andi berada. Mereka bergabung menghabisi para musuh. Di sisi lain gedung, Putra ikut membantu menghabisi musuh. Putra adalah sniper andalan dalam tim itu. Ia memang menunggu saat yang tepat untuk ikut membantu. Kapten Rizky, Mayor Jonan dan Danny yang saat itu masih Lettu berbagi tugas untuk melumpuhkan musuh. Baku tembak antara Reiner dan beberapa anak buahnya, Amar dan yang lainnya pun sampai juga di loteng dan segera membantu. Juga menyerang helikopter yang hendak kembali melayang ke udara, salah satu awaknya membalas serangan. Sang pilot bersiaga terbang kembali tapi begitu sampai di udara samg pilot tertembus peluru dari Putra, membuatnya tak bisa mengendalikan helikopternya. Putra juga berhasil mengenai baling-balingnya heli itu hingga membuatnya makin hilang kendali dan akhirnya menabrak sisi gedung lain dan berakhir di dasar hingga meledak.

Reiner menoleh ke arah suara ledakan yang menciptakan api dan asap hitam, seketika suara tangis bayi terdengar lebih kencang karena ketakutan. Selina mempererat dekapannya pada bayi laki-lakinya. Ia bersembunyi di sudut loteng yang terhalang beberapa barang. Reiner tak melihar Selina tapi ia mendengar tangis keponakannya. Sekarang bagaimana ia bisa membawa Selina dan bayinya keluar dari tempat ini sementara semua anak buahnya sudah hampir habis. Dan helinya juga meledak. Ia melirik ke arah anak buahnya yang sedang adu fisik dengan beberapa musuhnya.

Danny dan Jonan yang merasa sudah free bisa bernafas lega dan istirahat, kini hanya tingga dua orang yang sedang adu fisik dengan Rio dan Andi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun