Reiner menutup teleponnya lalu bergegas masuk ke kamar Selina, wanita itu sedang duduk di ranjang. Bayinya sudah tertidur, tapi mungkin akan menangis lagi jika mendengar suara tembakan yang kencang. Selina berdiri ketika Reiner menghampirinya.
"Kak, apa yang terjadi di luar sana?" tanyanya dengan panik.
"Maaf, membuatmu harus berada dalam situasi seperti ini. Tapi kau jangan khawatir, aku akan mengeluarkanmu dari sini dengan selamat!" janjinya.
"Apa Ferian tahu tentang apa yang sedang terjadi di sini?"
"Tidak, dia tidak perlu tahu." Reiner membelai pipi keponakannya yang terlelap itu, "kalian harus hidup atau aku tidak akan memaafkan diriku sendiri!"
Suara tembakan terdengar mendekat. Selina tampak semakin panik, saat melahirkan suaminya hanya bisa menemaninya satu minggu, dia harus melanjutkan studynya di Malaysia. Padahal saat itu kondisinya memang masih lemah karena ia mengalami pendarahan yang cukup banyak hingga harus di oknam selama dua minggu. Selama itu pula, Reiner lah yang menjaganya dengan baik. Pria itu tampak begitu menyayangi keponakannya.
"Sebentar lagi akan ada helikopter datang, kalian akan aman dari sini. Ayo cepat, waktu kita sedikit!" ajaknya menuntun Selina keluar dari kamar. Ia menatap anak buahnya, "halau mereka, jangan sampai ke atas!" suruhnya lalu melanjutkan langkahnya.
Sementara Kapten Rizky, Andi dan Febri sedang menuju ke pintu lantai itu. Beberapa anak buah Reiner turun untuk ikut menghalau musuh mencapai lantai itu. Tapi behitu mereka membuka pintu, tembakan bertubi-tubi mengarah pada mereka hingga tersungkur. Kapten Rizky dan dua temannya segera menembus pintu itu dan melontarkan tembakan. Bahkan ke arah tangga yang sedang di naiki Reiner. Selina menjerit seketika karena terkejut, bayi yang dalam gendongannya pun terkejut dan menangis kencang. Reiner segera menarik Selina ke belakangnya dan melontarkan tembakan balasan lalu menuntun Selina kembali naik. Sementara anak buahnya menghalau musuh yang sudah semakin menyudutkan mereka.
Mayor Jonan menghubungi Kapten Rizky, "bagaimana keadaan di atas Kapten?" tanyanya, "mungkin kami butuh bantuan, Mayor!" sahutnya seraya membalas tembakan musuh. Mereka berlindung di balik barang-barang yang ada, seperti sofa dan lemari.
Baku tembak terus terjadi, Mayor Jonan, Danny Dan Aditya terus naik seraya bersiaga. Sedang Kapten Rizky memberi isyarat kepada dua rekannya untuk mengcovernya saat dirinya ke arah tangga untuk menyusul Reiner. Andi dan Febri mengangguk tanda mengerti, serangan terus berlangsung. Anak buah Reiner muncul dari banyak arah.
"Arrggghhhh!" seru Febri seraya kembali bersandar tiang besar berbentuk balok itu, sebuah peluru menyerempet lengannya. Ia menekan lukanya dengan tangan, "kau tak apa?" tanya Andi yang bersandar tembok.