Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Price of Blood # Part 16

15 Mei 2015   18:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:01 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Karen menghela nafas, "aku tak yakin dia akan membunuh, paman!" sahutnya melanjutkan langkahnya. Toni memberi isyarat pada dua polisi itu untuk mengikuti Karen. Keduanya langsung beranjak membuntutinya.


Karen menoleh ketika sudah di teras, "kalian mau apa?" tanyanya, "kami yang akan mengantar nona, mungkin BrigJend Hatta tidak akan membunuh tuan Toni, tapi untuk membunuh kami....dia tidak akan berfikir dua kali!" sahut salah satunya.


Karen memandang dua orang itu lalu menurut saja, ia menelpon Vincent saat dalam perjalanan. "Vinc, kau masih di rumah!"

"Ya, aku sudah dengar dengan apa yang terjadi pada Sammy. Aku sudah menghubungi polisi dan....sekarang aku ada di Polda!"

"Oh...., kalau begitu aku akan ke sana!" katanya menutup telepon. "kita ke Polda saja!" pintanya.


*****


Danny keluar dari taksi di depan sebuah rumah yang tak terlalu mewah, ia memandangi bangunan itu. Celingukan untuk memastikan sesuatu, ia pun mendekati gerbang besi yang tak terlalu tinggi. Nampaknya rumah itu cukup sepi, seperti baru saja di tinggal penghuninya. Mungkin mereka tahu kalau dirinya akan menemukan tempat ini makanya rumah itu sudah di kosongkan. Tapi bagaimana pun ia tetap harus masuk ke dalam. Tangannya merogoh lubang gerbang besi itu, di gembok. Lalu ia meloncat saja tak peduli ada yang melihat atau tidak. Ia tetap berjalan secara hati-hati, memutar gagang pintu depan, terkunci dengan sempurna. Semua jendela juga, akhirnya ia harus mengelilingi rumah itu hingga di belakang. Pintunya terkunci juga, akhirnya ia terpaksa harus mendobraknya untuk bisa masuk. Matanya terus mengawasi di sekitarnya, siapa tahu saja ada jebakan. Ia menelusuri ke setiap ruangan dan tak ada siapapun di sana, tapi ia tak puas jika tak melakukan apapun dan tak menemukan apapun. Maka iapun mencoba mencari sesuatu, mengobrak-abrik sisi lemari, bifet dan apapun yang ada di rumah itu.


"Damn!"


Ia mengumpat karena tak menemukan satupun petunjuk, tak ada foto atau apapun di sana. Atau mungkin rumah ini hanyalah sebuah pengalihan? Ia menendang apa yang bisa ia tendang. Ia memungut hpnya dan menghubungi seseorang.


"Bisa beritahu aku informasi apalagi yang kalian dapat?" kesalnya, "aku tak menemukan apapun di sini!"

"Ada Vincent di sini, dia ingin bicara denganmu!" seru Letnan Heru lalu memberikan teleponnya pada Vincent,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun