" Hadiah!" desis Marta.
" Bukankah menyenangkan, Mr. Duta Besar AS hanya lah hadiah kecil untuk mu, aku sudah menyiapkan yang lebih besar lagi!"
" Siapa kau?"
Ha...ha...
Suara tawa yang terdengar brengsek menggelegar di seberang sana. Marta menutup lubang telepn dengan tangannya, ia berbicara dengan seseorang.
" Bisa kau lacak telepon ini!" suruhnya. Orang itu menghubungi bagian operator. Sementara Marta kembali menempelkan gagang telepon itu ke telinganya.
" Apa mau mu?"
" Kau akan tahu nanti. Aku sarankan perbanyak istirahatmu, karena mungkin belakangan kau akan semakin lelah!" katanya menutup telepon itu.
" Hallo! Hallo!" serunya lalu meletakkan gagang telelon ke tempatnya dengan setengah membanting.
Siapa orang ini, dan apa maunya, ternyata kejadian siang tadi memang bukan nyawanya yang di incar. Tapi itu hanya lah serangkaian teror yang sengaja di lancarkan untuknya. Bajingan ini membunuh Duta Besar AS di depan matanya, besok siapa lagi? Mungkin orang yang lebih dekat dengannya, bisa jadi keluarganya. Ini tak bisa di biarkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H