Marta sedang berada di dalam ruangannya, dua pengawal menjaga pintu masuknya. Danny sendiri sedang menikmati kopi hitamnya, duduk di sebuah ruangan. Ia sedang berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Ia mendapat kabar bahwa Arman tewas beberapa menit lalu. Damn!
Seharusnya ia tak membiarkan Arman pergi sendiri, sekarang lihatlah. Anak muda itu terbunuh oleh bajingan yang belum ia ketahui batang hidungnya. Arman termasuk seorang prajurit yang baik, dia pintar tapi memang sedikit ceroboh. Dia sudah banyak membantu Danny dalam beberapa operasi. Bahkan termasuk salah satu tangan kanannya.
Alicya keluar dari ruangan ibunya, ia bertanya pada salah satu orang di pintu itu.
" Kau tahu di mana komandanmu?" tanyanya.
" Kolonel di ruangan ujung dekat koridor, nona!" jawab Agung.
Alicya langsung berjalan ke sana, ia masuk begitu saja. Suara sepatunya membuat Danny menoleh, wanita itu berjalan anggun ke arahnya dan duduk di depannya.
" Aku dengar soal anak buahmu, aku turut berduka!" katanya.
" Terima kasih!"
" Seperti apa dia?"
" Termasuk yang terbaik. Seharusnya aku tak membiarkannya pergi sendiri!"
" Dia meninggal dengan berani, kau tak perlu merasa bersalah!"