Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebuah Cinta yang Terlarang #28 ; Maafkan Aku, Kita Harus Pisah!

28 Oktober 2014   15:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:27 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Ia mencoba menelpon adiknya, tapi sama sekali tak ada tanggapan. Ia mengulanginya berkali-kali, masih sama. Semua jadi bertambah khawatir. Suara sebuah mobil terdengar di halaman rumah. Joni langsung bangkit dan berlari keluar di ikuti yang lain.

Radit menggendong Jesie di deoan dadanya, Joni sangat terkejut melihat putrinya tak sadarkan diri. Ia langsung menghampirinya,

"Apa yang terjadi?" serunya.
"Maaf om, Jesie pingsan." jawabnya.

Joni mengambil tubuh putrinya dari pemuda itu. Roni juga menghampiri mereka.

"Radit, apa yang terjadi?"

*****

Joni membaringkan Jesie di kamarnya, putrinya adalah seorang gadis yang kuat. Selama ini dia tak pernah pingsan meski sedang sakit. Tapi belakangan ini masalah yang terjadi membuatnya jadi lemah. Karena sepertinya gadis itu tidak apa-apa maka mereka tak memanggil dokter. Membiarkannya beristirahat saja.

Radit menceritakan semua kejadian di rumahnya kepada semua orang. Semua orang terdiam, setelah menceritakan semuanya Radit pamit pulang karena ia juga khawatir dengan keadaan Axel. Roni ikut bersamanya.

Ketika sampai di rumah ternyata Radit dan Roni menemukan Axel di sana. Axel pergi beberapa saat setelah mobil Radit membawa Jesie. Hpnya juga nonaktif.

Sementara setelah sadar Jesie hanya diam membisu, tak mau mengucap sepatah katapun. Kondisinya malah lebih buruk dari tempo hari. Itu membuat Joni semakin khawatir, tapi saat ini ia pun tak tahu harus berbuat apa. Keadaan ini membuat semua orang hanya bisa pasrah dengan apa yang sudah di gariskan.

Jesie duduk bersandar di ranjangnya, pandangannya kosong. Tapi pikirannya melayang ke masa-masa indah saat bersama Axel. Saat pertama kali mereka bertemu, saat di keroyok preman. Saat terjebak hujan, bermain air di telaga. Sampai saat mereka berkuda bersama, semua itu membuat Jesie menangis mengingatnya jika sekarang semua harus berakhir seperti ini. Ia sungguh tak sanggup jauh dari Axel di saat seharusnya ia ada di sampingnya untuk bisa terus memberinya semangat. Kenapa Axel memutuskan seperti ini? Apa dia tidak tahu betapa cinta ini begitu dalam, kenapa harus begini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun