Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap - sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance #Part 41

5 Januari 2015   14:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:47 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Baiklah, jika itu maunya!"


Nicky mengejar Rey bersama Brian sambil melemparkan tembakan, sebuah peluru sempat mengenai lengan Burhan. Tapi itu tak menghentikannya. Ia pun membalas tembakan, tapi sepertinya pihak Rey kehabisan peluru. Bobby melempar senjata apinya. Mereka berhenti, langkah kaki Nicky dan Brian juga terhenti ketika melihat Liana dan Lisa di cengkeram lehernya oleh Rey dan Bobby. Mereka semua bertatapan tajam. Ini memang tak sesuai dengan rencana, sudah terlanjur apa boleh buat.


Rey merasa harus membunuh mereka semua, jika ia masih inginkan kekuasaan kakeknya. Jika tidak maka ia harus bisa lolos dan sembunyi. Nicky menurunkan pandanganya ke Liana, wajahnya cukup babak belur. Ya Tuhan, berapa kali ia mendapat pukulan dari bajingan itu. Ada bekas yang sudah membiru dan ada juga yang masih merah di bagian wajahnya. Bahkan bibirnya terlihat memar dan berdarah, wajahnya masih basah oleh airmata yang tak pernah sempat terhapus. Nicky mengepalkan tinjunya dengan geram,


"Lepaskan mereka Rey, dan kita selesaikan urusan kita!" pintanya. Rey masih diam, ia malah memperkuat cengkeram di leher Liana, membuatnya mulai sesak nafas dan terengah-engah. Nicky semakin geram dan marah, ia membuang senjata api di tangannya lalu melirik Brian. Brian mendapat lirikan itu, ia tahu Nicky memintanya membuang senjatanya juga. Rasanya ia memang tak punya pilihan saat itu.


Rey melepaskan Liana, begitupun Bobby. Ia juga melepaskan Lisa, kini dua wanita itu saling berdekatan. Sedang kelima pria itu mulai bertarung. Nicky berkelahi dengan Rey sementara Brian yang menghadapi dua yang lainnya. Perkelahian mereka cukup sengit, Rey terlihat di penuhi amarah hingga lebih terkesan jadi orang yang sedang mengamuk. Ia seperti sudah tak sabar untuk membunuh Nicky, awalnya Nicky memang jatuh beberapa kali bahkan terkapar tapi pada akhirnya ia mampu membalas Rey hingga kini Rey yang jatuh. Nicky memuta lengan Rey ke belakang dan hendak mematahkannya, sayangnya seseorang justru memukul punggungnya. Itu Bobby, tugasnya memang melindungi Rey. Rey terlepas dari tangan Nicky.


"Pergilah, biar ku urus dia!" desisnya seraya mencengkeram kemaja Nicky lalu melayangkan hantaman keras ke perutnya. Rey segera beranjak, ia menghampiri Liana dan menyeretnya. Lisa, mamanya mencoba menghentikannya.

"Jangan Rey!" serunya.

Tapi Rey justru mendorong mamanya hingga jatuh terjerembat, Lisa segera bangkit dan mencoba melepaskan Liana kembali dari Rey. Dan lagi-lagi Rey mendorongnya, kali ini Lisa terpental dan terjerembat hingga kepalanya menghantam pinggiran jalan dengan keras. Seketika ia pun tak sadarkan diri, dahinya terluka dan berdarah.


"Tante Lisa!" desis Liana, Rey kembali menyeretnya.


Sementara Aldi tertangkap dan Rahman sudah tertembak mati, beberapa polisi menyusul ke tempat kaptennya berada. Burhan nampak sempoyongan tertusuk oleh pisaunya sendiri setelah di rebut oleh Brian. Nicky kembali bisa melawan Bobby, setelah Burhan terjatuh Brian pun membantu Nicky.


"Nicky, lebih baik kau kejar Rey!" seru Brian. Nicky pun akhirnya mengejar Rey yang membawa Liana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun