Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap - sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance #Part 41

5 Januari 2015   14:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:47 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ada beberapa mobil di sini, pasti di dalam ada banyak orang!" desis Brian. Nicky tak menjawab, ia mendengar suara seseorang. Itu seperti suara tante Lisa yang memohon pada Rey. Brian juga mendengar suara itu karena cukup keras.

"Kau dengar itu?" desis Brian. Nicky hanya memandangnya, Brian memberi arahan pada beberapa orang untuk berputar ke samping kanan dan kiri, sementara dirinya bersama Nicky akan masuk dari pintu depan.


*****


Rizal terkapar di tanah, Bobby memegang Lisa dengan kuat sementara Rey masih memegang Liana yang menangis. Tapi sepertinya Rizal masih bernapas. Hp Burhan berdering, ia segera mengangkatnya.


"Iya," jawabnya, "apa...." ia menurunkan hpnya dan memandang Rey.


"Dia bilang polisi sudah di sini!" seru Burhan. Mendengar itu Rey menggerutu, harusnya ia tahu Nicky tak mungkin datang sendiri. Kapten Brian selalu membuntutinya, ia segera menyeret Liana. "kita keluar dari pintu belakang!" serunya.


Semuanya beranjak, sebelum pergi Rahman masih sempat menendang perut Rizal sekali lagi. Seorang polisi muncul di pintu belakang taman itu, Bobby segera menembaknya dan polisi itu terkapar. Beberapa juga muncul dari samping kanan dan kiri rumah itu, "jangan bergerak!" seru salah satunya, semuanya menodongkan senjata ke arah targetnya.


Tanpa pikir panjang Bobby dan Burhan melemparkan tembakan beberapa kali da terjadi baku tembak di sana. Brian dan Nicky mempercepat langkahnya. Ada dua polisi yang kembali terkapar, dari pihak Rey salah satu anak buah Bobby juga tertembak tepat di dadanya.


Bobby, Burhan dan Rey membawa Liana dan Lisa pergi lebih dulu sementara Aldi dan Rahman menghalau para polisi.


"Brengsek," maki Rey, "kenapa dia tak mengirim orang untuk membantu!" kesalnya.

"Dia bilang sekarang kita harus berusaha sendiri, kau tahu kenapa? Itu karena kebodohanmu yang tak mau membunuh wanita ini!" seru Bobby.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun