Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sayap - sayap Patah sang Bidadari ~ Inheritance #Part 41

5 Januari 2015   14:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:47 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


Rey menariknya keras lebih dekat dengan dirinya, "aku sudah di kutuk sejak lahir, lalu apa yang aku takutkan!" geramnya menatap Liana dalam. Kali ini Liana juga membalas tatapannya, terlihat jelas tak ada belas kasih di mata pria itu. "Kau bukan manusia!" desis Liana seraya menginjak kakinya dengan keras, seketika Rey menjerit. Saat itu Liana langsung menendang bagian vitalnya hingga membuat Rey mengerang kesakitan dan melepaskan Liana dari tangannya. Liana sedikit terhempas ke belakang, ia melihat lampu tidur di pinggir ranjang. Di raihnya benda itu dan ia lemparkan ke arah Burhan, pria itu menampiknya dengan tangannya.


Liana berlari meraih Lisa dan mereka lari meninggalkan ruangan itu. Tapi begitu sampai di ambang pintu ruang tengah, ada Bobby dan seorang lainnya. Keduanya menghentikan langkah.


Burhan mengejar keluar, Lisa menarik Liana ke arah dapur. Baik Burhan ataupun Bobby mengejarnya, Rey pun akhirnya ikut keluar juga.


Liana dan Lisa menembus pintu belakang, tapi mereka malah menemukan ada dua orang yang sedang menghajar Rizal. Keduanya kembali menghentikan langkah, Aldi memegang Rizal dari belakang sementara Rahman yang memukulinya, wajahnya sudah cukup babak belur.


"Rizal!" desis Liana, suaranya terdengar oleh Aldi. Ia menghentikan perbuatannya dan menoleh, Rizal mengangkat kepalanya. Ia melihat airmata jatuh dari mata indah Liana. Terlihat juga Bobby di belakang mereka, di susul oleh Burhan dan Rey.


Liana dan Lisa menoleh, sepertinya tak ada jalan untuk bisa keluar dari tempat itu. Rey berjalan perlahan ke arah kedua wanita itu.


*****


Nicky sampai juga di halaman rumah itu, daerah komplek tempatnya berada memang cukup sepi. Jarak satu rumah dengan rumah lainnya juga cukup renggang. Masih banyak tanah kosong yang belum terdapat bangunannya. Ia pun keluar dari mobilnya, melihat sekeliling untuk mengamati keadaan. Ia memandang rumah di depannya, jantungnya mulai berdegup kencang. Ini pasti rumahnya!


Perlahan ia langkahkan kaki, mengintip dari gapura tanpa gerbang. Ada seseorang di depan pintu yang terbuka. Ia tak melaksanakan permintaan Brian untuk menghubungi temannya itu.


*****


Rey meraih Lisa dan melemparnya ke tangan Bobby, pria itu segera memegangnya. Kemudian Rey mencengkeram rambut Liana dan menariknya kencang. "kau pikir kau bisa lari dari sini!" desis Rey, Liana merintih menahan rasa pedas di kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun