Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] A Winter Story [23]

13 Desember 2020   10:57 Diperbarui: 13 Desember 2020   11:14 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Hey noona."

Valene menolehkan kepalanya dengan terkejut. Begitu keluar dari stasiun MRT, dia menemukan Yoonsung di tengah kerumunan orang-orang. Dia mencolok karena posturnya yang tinggi dan rambutnya yang pirang. Valene membalas lambaian tangannya dan menyeruak mendekatinya.

"Kenapa kau ada disini, Yoonsung?" tanya Valene, "apakah penjualanmu sudah selesai?"

"Ya, kami berjualan tidak seberapa jauh dari sini. Noona sendiri, apa yang noona lakukan disini?"

"Aku ingin menemui Kyungju," jawab Valene.

"Kurasa Kyungju hyong yang memenangkan kompetisi ini. Sampaikan selamatku untuknya."

"Kenapa aku yang harus sampaikan? Bagaimana kalau kita berdua menemuinya?"

"Sebenarnya itu ide bagus. Tapi tidakkah aku akan mengganggu kalian nanti?"

"Bagaimana mungkin Yoonsung mengganggu kami? Ayo, kita pergi bersama saja."

"Baiklah. Ayo naik mobilku, ini akan mempersingkat perjalanan dan menghemat waktu dan tenaga kita."

Valene dengan menurut mengikuti Yoonsung menuju mobilnya. Ini untuk pertama kalinya Valene naik mobil Yoonsung, dan mobil Yoonsung sama kerennya dengan mobil Kyungju, karena ini juga merupakan mobil sport model terbaru. Valene mengenakan sabuk pengaman dan Yoonsung mulai mengendarai mobilnya. Dua puluh menit berlalu, dan Valene tidak tau dia berada dimana sekarang.

"Hmm... Yoonsung, kau yakin kau tau dimana Kyungju? Sepertinya dia menunggu kita tidak jauh..."

Yoonsung menghentikan mobilnya di tepian jalan yang agak sepi. Valene menoleh ke sekelilingnya: sepertinya kawasan ini sangat sedikit penduduknya.

"Kita tidak akan menemuinya. Aku akan membuatnya datang pada kita."

"Apa maksudmu?" tanya Valene kebingungan.

"Mianhae, noona."

Dengan cepat, Yoonsung menempelkan sebuah sapu tangan ke hidung dan mulut Valene. Valene yang masih terikat sabuk pengaman tidak bisa menghindar, dia hanya bisa meronta sekuat tenaga melawan tangan Yoonsung. Tapi semua itu sia-sia karena Yoonsung lebih kuat daripada dirinya. Dan perlahan, bau yang dicium Valene membuatnya kehilangan kesadaran. Segalanya jadi gelap buat Valene. Kyungju... dimana Kyungju?

***

Suara apa itu... itu suara ponselku... dimana aku... apakah itu Kyungju yang menelepon? Kyungju... Valene membuka matanya. Sulit sekali baginya untuk mengenali dimana dirinya sekarang. Dia melihat ke sekelilignya yang bercahaya temaram dan dia menemukan sumber cahaya yang dilihatnya, ternyata berasal dari sebuah senter yang cukup besar. Dari cahaya senter itu, Valene bisa melihat dia berada di semacam ruangan yang luas sekali, tapi tidak apa-apa di dalam ruangan ini. Valene mencoba mencari ponselnya, dan pada saat itu, dia baru menyadari dirinya terikat di sebuah kursi kayu. Kedua tangannya terikat ke punggung kursi dengan cukup kuat. Bagaimana dia ada disini dalam keadaan begini? Valene mencoba membongkar memori otaknya... tapi hal yang terakhir dilihatnya adalah mata hitam Yoonsung. Yoonsung! Valene kembali mencari arah sumber suara dan cahaya yang lain, dan itu dia ponselnya!

"Noona akhirnya sadar? Apakah aku memberikan dosis yang terlalu berat untukmu? Jeongmal mianhae..." ucap Yoonsung, yang duduk di dekat meja dimana terletak senter yang diperhatikan Valene tadi.

Ponsel Valene yang berbunyi itu ada di pangkuan Yoonsung. Apa maksudnya dosis yang diberikan, Valene masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

"Yoonsung, lepaskan aku!"

Yoonsung mengangkat ponsel Valene ke dalam jarak pandang Valene. Valene membelalakkan matanya: ternyata benar Kyungju yang menelepon.

"Kita harus mengabaikan Kyungju hyong untuk sementara sembari kita membicarakan beberapa hal yang penting," ujar Yoonsung, meletakkan ponsel Valene ke meja.

Valene masih menolak mempercayai apa yang terjadi sekarang. Valene menggelengkan kepalanya: tidak mungkin Yoonsung akan menyakitinya. Yoonsung pernah menyelamatkan hidupnya... bagaimana mungkin saat ini Yoonsung bersikap seperti ini sekarang?

"Me... membicarakan apa? Lepaskan aku dulu!"

"Tidak, aku tidak bisa membiarkan noona lepas karena aku tau seberapa jauh kemampuan noona untuk pergi dariku. Lebih baik noona tetap terikat selagi kita berdiskusi."

Yoonsung menarik kursinya mendekat pada Valene. Yoonsung terlihat sangat tenang, tapi ada sorot mata kesedihan di matanya.

"Noona, mengapa kau memilih Kyungju hyong daripada aku?"

Valene tidak menyangka Yoonsung akan menanyakan hal ini padanya. Dalam hatinya, Valene takut salah menjawab, karena bisa saja jawabannya salah... Yoonsung terlihat agak berbahaya saat ini.

"Aku... aku mencintainya."

"Mengapa kau tidak mencintaiku? Padahal akulah yang menolongmu pada saat kau dalam bahaya. Tidakkah kau ingat, tidak ada Kyungju hyong pada saat itu? Bagaimana kalau aku tidak datang tepat pada waktunya?"

"Aku berterimakasih untuk semua itu Yoonsung..."

"Dan kau masih tidak bisa mencintaiku, noona? Apa kekuranganku dibanding hyong? Padahal aku sudah sangat bahagia noona mau menemaniku selama beberapa hari setelah itu... tapi hyong merebut noona dariku lagi."

Valene tidak tau taktik apa yang sedang dipakai Yoonsung sekarang. Dia harus memikirkan cara untuk melepaskan dirinya.

"Hyong selalu memiliki segalanya... bahkan dia sekarang juga memiliki noona. Tidak bisakah noona memilihku dan meninggalkan Kyungju hyong?"

"Tapi aku hanya mencintainya, Yoonsung. Perasaan cinta itu tidak bisa dipaksakan," jawab Valene lembut.

"Sejak dulu... hyong memiliki segalanya, sedangkan aku kehilangan segalanya. Aku kehilangan orangtuaku... hyong bahagia dengan kedua orangtuanya. Tanpa perlu berusaha banyak, hyong meraih nilai-nilai yang lebih baik dariku di sekolah. Gadis-gadis yang kucintai... lebih memilih hyong. Dan sekarang... haraboji pun memilih hyong. Mengapa? Mengapa hanya aku yang tinggal sendirian? Lebih baik aku ikut menghilang dari dunia ini bersama kedua orangtuaku."

Semua perkataan Yoonsung langsung dimengerti oleh Valene, mungkin dalam keadaan panic, otaknya bekerja jauh lebih cepat daripada biasanya. Dia tidak menyangka Yoonsung punya masa lalu yang begitu kelam. Dia menyesal tidak mencoba mengenal Yoonsung dengan baik. Selama dia bersama Yoonsung, dia tidak pernah menanyakan apapun yang menyangkut Yoonsung. Ketika bersama Kyungju, Valene juga hanya berbicara mengenai diri mereka. Yang Valene tau hanyalah Yoonsung seorang yatim piatu. Mungkinkah... Yoonsung seperti ini karena dia merasa sangat kesepian?

"Aku tidak bisa membiarkan hyong memiliki segalanya."

"Tapi Yoonsung, kau pasti memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Kyungju," ujar Valene takut-takut.

"Tidak, aku tidak punya apa-apa... tapi noona baru memberiku sebuah ide. Aku bisa memiliki sesuatu."

Valene memandang Yoonsung ketakutan: ada sorot kemenangan dalam mata Yoonsung. Tidak... tidak mungkin yang dimaksud Yoonsung adalah dirinya kan? Valene menggelengkan kepalanya. Jangan... dia tidak ingin berada dalam ketakutan yang sama lagi... Mengapa dia bodoh? Apa yang baru dikatakannya sehingga memberikan Yoonsung sebuah ide? Dan idenya sepertinya sama sekali bukan ide yang baik.

"Kyungju hyong tidak boleh memiliki segalanya. Aku harus memiliki sesuatu. Ya, itu benar," ujar Yoonsung pada dirinya sendiri.

Valene semakin ketakutan. Ponselnya berdering lagi. Andai saja Valene bisa mengambil ponsel itu dan menjawabnya...

"Ini Kyungju hyong. Biarkan aku berdiskusi dengannya. Ada sesuatu yang kuinginkan darinya."

Valene menggelengkan kepalanya. Apapun itu yang akan didiskusikan Yoonsung dengan Kyungju pastilah bukan sesuatu yang baik. Yoonsung mengambil ponsel Valene dan dengan tenang duduk kembali di kursinya. Yoonsung menekan tombol "loudspeaker" setelah menerima telepon itu.

"NOONA! KAU ADA DIMANA, KENAPA TIDAK MENJAWAB TELEPONKU?" teriak Kyungju.

Valene bisa mendengar suara Kyungju yang panic. Sekaranglah satu-satunya kesempatan Valene.

"KYUNGJU! AKU TIDAK TAU AKU ADA DIMANA, AKU..."

"Bersamaku. Noona ada bersamaku," ujar Yoonsung tenang.

"Yoonsung? Noona bersamamu? Apa yang terjadi pada kalian? Dimana kalian?"

"Tenang hyong. Kami berdua sangat aman disini. Ada sesuatu yang ingin kudiskusikan denganmu."

"Bisakah kita bertemu dulu baru berdiskusi?"

"Tidak bisa. Hyong, aku ingin hyong menukarkan data penjualan hari ini dengan data penjualan dari timku."

"A... apa? Untuk apa semua itu?"

"Karena aku menginginkan posisi direktur, hyong."

"Aku tidak bisa memberikannya! Kita sudah melakukan kompetisi dengan adil."

"Serahkan data itu... atau kita berdua sama-sama akan kehilangan Valene noona," ujar Yoonsung dengan susara berbahaya.

"Apa maksudmu?"

"Datanglah ke apartemenku yang lama. Ya... kami ada disini. Serahkan baik-baik data itu dan aku akan membiarkan Valene noona pulang dengan selamat ke dalam pelukanmu. Datang sendirian, baik-baik hyong... atau aku tidak akan main-main dengan ucapanku."

"JANGAN SENTUH VALENE!"

"Semua ini tergantung dirimu, hyong," ucap Yoonsung, terlihat senyum licik menghiasi wajahnya.

"TIDAK KYUNGJU! JANGAN SERAHKAN DATA ITU! AKU AKAN BERUSAHA MELEPASKAN DIRI! JANGAN..."

"NOONA KAU TERLALU BERISIK! Aku memberimu waktu 2 jam hyong. Mulai dari sekarang."

Yoonsung memutus sambungan telepon dan menon-aktifkan ponsel Valene. Valene memandang Yoonsung tidak percaya.

"Sebegitu pentingnyakah posisi ini untukmu... sampai kau melakukan semua ini, Yoonsung?"

"Andaikan noona menjadi aku, noona akan tau alasannya. Ayo, selama 2 jam ini kita akan menikmati pemandangan yang lebih indah. Jangan mencoba, noona, aku tidak ingin menyakitimu," Yoonsung mengingatkan, "atau aku tidak akan ragu melukaimu di saat aku hilang kendali."

Valene sama sekali tidak mengenali Yoonsung yang sekarang bersamanya ini. Tidak ada perasaan hangat dan melindungi yang pernah Valene rasakan ketika Yoonsung memeluknya dulu. Yang manakah diri Yoonsung yang sebenarnya? Yang dulu... ataukah yang ini?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun