"Mian, aku tidak bisa menahan diri, Julie noona," ucap Henry sambil melepasku, "oh ya... itu dia orangtua Yifang noona dan Manshi noona."
Begitu Henry menyingkir, aku bisa melihat enam orang setengah baya sedang duduk di sofa. Dua di antaranya aku yakin adalah orangtua Manshi (soalnya aku belum pernah melihat mereka, tapi Manshi jelas adalah bentuk fotokopi dari ommanya), lalu yang empat lagi adalah orangtuaku, dua dari Foshan dan dua yang dari Ichul oppa, atau gampangnya dibilang orangtua kandungku. Tanpa menunggu aba-aba aku langsung berlarian menuju mereka (Julie meneriakiku), merasa mataku panas karena terharu dan rindu.
"Mama... baba..." desahku kangen pada mama dan babaku, lalu menyapa omma dan appaku, "omma... appa..."
Aku berlutut di antara mama dan ommaku, menahan air mataku agar tidak jatuh.
"Mugung cantik sekali," puji ommaku, menekan bahuku.
"Omma, gomapsumnida."
"Kau pasti sudah lama kan tidak bertemu dengan mama dan babamu? Mereka juga kangen padamu."
"Ne, omma. Ma... ba..."
"Yifang... Yifang-ku," ujar mama sambil memeluk leherku, "akhirnya kau akan menikah juga. Akhirnya kau sudah dewasa juga."
"Mama benar. Rasanya baru kemarin kita melihat Yifang masih merangkak," setuju baba.
"Ma... ba... benarkah kalian tidak ingin tinggal di Seoul? Yifang bisa pilihkan tempat tinggal untuk kalian," bujukku.