"Aku tidak tau apa yang membuatmu begitu senang," ucapnya perlahan ketika kami sudah duduk berseberangan, "kuharap bukan karena ini."
Noh Sonsaengnim mengeluarkan beberapa lembar foto dan ketika aku mengambilnya, mataku terbelalak. Itu adalah foto aku dan Chungdae di berbagai kesempatan: kencan kami di bioskop, di Lotte World, di sungai Han, ketika dia mengantarku pulang dan bahkan kencan diam-diam kami di sekolah.
"Kau tau apa yang kau lakukan, miss Baek? Kau tau konsekuensi apa yang akan kau hadapi jika aku memberikan foto ini pada kepala sekolah?"
Tanganku bergetar. Aku sudah tau seperti apa konsekuensinya, dan itu pasti tidak akan menguntungkan Chungdae.
"Heo Chungdae punya masa depan yang sangat cerah."
Dia memberikan amplop besar padaku dan aku membukanya.
"Ini..."
"Dia sudah lama diperhatikan oleh pihak Seoul National University dan Korea Sport National University. Keduanya tau bakat Chungdae di bidang seni dan olahraga. Mereka akan memberikan beasiswa padanya," jelas Noh Sonsaengnim, "tapi semua itu tergantung pada bagaimana kau bersikap."
Kedua universitas bergengsi itu ingin memberikan beasiswa pada Chungdae? Aku terus memandangi kertas itu tanpa bisa berkata apapun.
"Aku tak ingin lagi tau bahwa kalian bersama. Jika aku tau tentang itu, aku akan menahan penawaran beasiswa ini. Dan kau, jangan kira kami tidak bisa mencari pengganti yang lebih baik darimu miss Baek."
"Noh Sonsaengnim, aku mohon... berikan beasiswa ini pada Chungdae. Aku berjanji akan menjaga sikapku."