Mohon tunggu...
May Lee
May Lee Mohon Tunggu... Guru - Just an ordinary woman who loves to write

Just an ordinary woman who loves to write

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Novel] No Other, The Story [46/55]

26 April 2020   14:04 Diperbarui: 26 April 2020   14:03 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

YESUNG'S DIARY

CHAPTER 46

SONG FOR YOU

SUB-DIARY: DONGHAE'S

Hae memang pantas diolok-olok. Dia babo sekali sih, bagaimana bisa meneteskan air liur begitu langsung di hadapan Julie? Okelah, aku akui memang Julie cukup cantik dan punya style, tapi kan tidak perlu segitu nyatanya. Dia perlu mempertahankan image keartisannya dong. Sudahlah, yang penting aku cukup suka pelajaran yang diberikan, meskipun, lagi-lagi, Kyu selalu belajar lebih cepat dari kami semua. Mungkin karena aku sudah tua?

"Hyung."

Aku menoleh pada Wookie yang baru saja membersihkan kandang kura-kuraku, lalu meletakkan mereka dengan perlahan ke dalam sana.

"Waeyo, Wookie?" tanyaku.

"Apa hyung tidak merasa apartemen kita terlalu sepi?" dia bertanya balik sambil memandangi keenam kura-kuraku.

"Ng... kadang-kadang sih, apalagi kalau hanya tersisa dua orang di apartemen kita. Memangnya kenapa, Wookie?"

"Tidak. Aku Cuma berpikir... hyung mau apa untuk hadiah ulang tahun hyung bulan depan?"

Wookie duduk bersamaku di ranjang. Aku menepuk kepalanya.

"Apa saja yang Wookie berikan, aku pasti suka."

"Kalau begitu aku harus pikirkan baik-baik."

"Bagaimana kalau pinjamkan Yifang sehari untukku di hari ulang tahunku?"

Wookie langsung menoleh menatap wajahku, tapi ekspresinya kosong. Aku jadi takut dia meledak tiba-tiba.

"Boleh kok kalau hyung memang mau," jawabnya setuju.

"Hah? Omona Wookie, Yifang itu pacarmu... yah, kau pikirkan saja kado apapun. Asal itu pilihanmu, aku pasti suka."

Wookie tersenyum dan membuat hatiku lega. Aku sendiri membayangkan dengan ngeri bahwa bulan depan aku akan genap 25 tahun, seperempat abad sudah umurku. Tidak kusangka, aku dan yang lainnya sudah bersahabat begitu lama, juga tidak menyangka aku sudah empat tahun berkarir di dunia hiburan. Tapi aku mensyukuri semua ini. Setidaknya setelah masalah Yifang, hidupku cukup tenang. Aku mencintainya, tapi aku rela jika dia selalu bahagia bersama Wookie.

Semua jadwalku hari ini selesai pada jam lima sore, jadi aku langsung pulang ke apartemen setelahnya. Hari ini kami masih harus mengikuti les dengan Julie. Setelah dua kali diajar olehnya, aku belum ada kemajuan, tapi kelihatannya dia sabar sekali mengajari kami, jadi aku sedikit tenang, aku yakin aku pasti bisa juga. Ketika membuka pintu apartemen, aku melihat sandal bulu berbentuk kepala keroppi di rak sepatu kami, lalu ada tas selempang berbulu berwarna hijau di sofa ruang tamu. Itu artinya Cuma satu: Yifang berkunjung. Aku sudah seminggu tidak melihat batang hidungnya, dan dalam hati merasa sedikit kangen. Aku mempercepat langkahku memasuki  apartemen, bertanya dalam hati dimana Yifang berada. Tapi rupanya aku tidak perlu susah-susah mencarinya, aku mendengar suaranya dari pintu kamar Leeteuk hyung dan Hae yang tertutup. Baru saja aku akan mengetuk pintu, aku batalkan niat itu, karena aku mendengar dia sedang curhat, atau mengeluh, sejenis itulah. Pokoknya dia mendesahkan nafasnya panjang-panjang.

"Ada apa kau mencari kami, Yifang?" Tanya sebuah suara, tak lain tak bukan adalah suara Sungminnie.

Lho, ada Sungminnie juga? Ada apa sebenarnya?

"Mulai lagi, oppadeul, si Wookie..." keluh Yifang.

"Kenapa lagi dengan Wookie? Hubungan kalian kelihatan lancar..." ucap Leeteuk hyung.

"Semenjak ciuman pertama kami itu... dia tidak pernah menciumku lagi."

"MWORAGO?" kedua cowok itu berteriak.

Telingaku yang menempel di daun pintu kamar nyaris dibuat tuli oleh mereka. Tunggu... bagaimana mungkin? Wookie tidak mencium Yifang sejak begitu lama? Aku juga melihat video rekaman Leeteuk hyung yang... sudah lama itu kan?

"Tidak masuk akal!" ujar Sungminnie.

"Tapi memang itu kenyataannya, oppa. Makanya aku kesini dan curhat dengan kalian. Huaaa..."

"Ini pasti ada yang tidak beres."

Aku setuju. Aku yang dulu hanya berpacaran beberapa bulan dengan Yifang saja sudah berkali-kali menciumnya. Atau salah aku yang terlalu bernafsu?

"Apa aku tidak cantik? Apa Wookie tidak mencintaiku lagi?"

"Tidak!!! Siapa yang bilang kau tidak cantik? Coba kau ditelantarkan di pinggir jalan, aku mau lihat apa tidak ada yang akan menculikmu," jawab Leeteuk hyung.

"Dan tidak mungkin Wookie tidak mencintaimu. Dia begitu sayang padamu, sampai apa-apa saja mendahulukanmu dulu," tukas Sungminnie.

"Jadi alasannya bisa apa dong, oppadeul? Huaaaa... mana ada orang pacaran setahun lebih tapi tidak pernah ciuman lebih dari sekali!" kata Yifang, sepertinya nyaris menangis.

"Ng..." gumam Leeteuk hyung tidak jelas.

Pasti mereka tidak bisa menjawab. Urusan seperti ini harusnya ditanyakan langsung sama pelakunya. Aneh-aneh saja si Wookie. Biar aku yang mengadilinya nanti. Masa dia membuat Yifang bersedih seperti itu? Les malam itu juga berlangsung tanpa ada kemajuan yang berarti dariku. Aku iri sekali melihat Kyu yang proses belajarnya paling cepat, otaknya memang encer. Akhirnya, malam tiba ketika kami bersiap untuk tidur. Wookie masuk ke kamar ketika aku sedang main game di laptopku.

"Oi, Wookie. Ada yang mau kubicarakan denganmu," ucapku.

Wookie duduk di ranjangku dan memandangku dengan tampang bingung. Aku langsung saja duduk di sebelahnya dan merangkulnya.

"Kau mencintai Yifang atau tidak? Kalau tidak, dia untukku saja."

Wookie langsung bereaksi, ekspresinya menjadi keras.

"Tentu saja aku mencintainya, hyung," ujarnya kukuh.

"Tapi kau tidak pernah menciumnya!"

"Pernah kok."

"Cuma sekali, kan?"

Wookie tidak berani lagi memandangku. Aku mengencangkan pegangan tanganku di bahunya.

"Kenapa? Apa ciuman pertamamu membuatmu trauma?"

"Tidak, hyung... Cuma... aku... pikir... Yifang tidak terlalu mempermasalahkannya..."

"Dia mempermasalahkannya. Aku mendengarnya curhat dengan dua orang di apartemen kita. Ayolah, Wookie, mana ada sih cewek yang tidak mau dicium pacarnya?"

"Hyung sendiri... sudah berapa kali mencium Yifang... dulu?"

"Ng... yang pasti lebih dari lima kali, atau berapalah, aku tidak mungkin menghitungnya kan," jawabku.

"Ng... aku... masih malu, hyung."

"Apa karena kau sama sekali tidak pintar mencium? Mau kuajari?"

Aku mendekatkan wajahku ke wajah Wookie. Dia langsung panic, wajahnya memerah.

"Yaaaaaaaa... hyung, jangan bercanda."

"Hahaha... gampang sekali dipermainkan, kau ini. Baiklah, kau harus memperlakukan dia dengan lebih baik, oke? Aku tidak mau Yifang bersedih. Kau kan dulu janji padaku untuk tidak membuatnya sedih?"

"Ne. Maaf, hyung. Aku akan... berusaha."

"Itu baru dongsaeng kesayanganku. Kau tidak perlu khawatir atau takut malu. Yifang itu termasuk cewek yang suka diberi kejutan. Bersikaplah manis sedikit, dan ketika dia merasa senang, cium dia. Dia akan suka itu," saranku.

"Hyung lebih mengerti dia daripada aku..."

Sekarang Wookie menundukkan kepalanya. Aku mengelus kepalanya.

"Tapi dia milikmu. Yang perlu kau lakukan hanyalah... bersikap yang wajar, oke? Kalau kau ada hambatan, kau kan bisa cerita padaku. Kenapa juga disimpan sendirian?"

"Ng... ya, hyung."

Aku lega melihat senyum merekah di wajah-tak-pernah-tua milik Wookie. Okelah, mudah-mudahan akhirnya dia bisa bersikap seperti cowok berusia 23 tahun yang berpacaran dengan normal. Apalagi ceweknya itu Yifang. Heran deh, dia kok tidak tergoda.

Seminggu lewat begitu saja dengan kesibukan kami yang timpang tindih, bahkan kadang aku tidur sebelum bertemu Wookie, atau aku bangun sebelum dia bangun. Persiapan album kami belum dimulai (karena kami harus belajar Inggris selama tiga bulan dulu), jadi kami disibukkan dengan kegiatan personal. Yang paling sibuk belakangan adalah Kyu, sampai dia mendapat pijatan dari Wookie dua malam yang lalu. Akhirnya les minggu kedua dimulai juga, dan Julie seperti biasa datang ke apartemen kami. Dalam opiniku, Julie cukup cantik, apalagi untuk ukuran cewek, tubuhnya cukup tinggi, seperti Xili. Tapi dia serius sekali, aku belum pernah melihatnya tersenyum. Kurasa kalau dia tersenyum, pasti terlihat lebih cantik. Dan aku yakin itu bisa membuat Hae gila. Hae sepertinya tergila-gila padanya.

"Ng... Miss Julie, can I ask you one thing?" Tanya Hae, selalu berusaha menarik perhatian Julie.

Julie mendongak dari buku latihan milikku yang tengah diperiksanya.

"Yes, of course, Donghae," jawabnya.

"Err... I guess... you're not Korean? I mean... something in yourself doesn't like Korean girls."

"Oh, I'm not Korean. I forget to tell you guys, I'm Chinesse. Maybe Zhoumi gege never told you before? They especially invite me to Seoul to teach you guys."

Mataku membelalak, Chinesse? Omona... kecil sekali dunia ini. Kini kami bertambah kenalan seorang Chinesse yang cantik setelah Yifang, Manshi, Meifen, Xili dan Suxuan. Juga teman Chinesse setelah Geng, Mimi dan Henry.

"Whoa... so you can speak Mandarin, English and Korean?" Tanya Kyu kaget.

"Well, yeah. And also I can speak a little French, Japanese and Indonesian."

"Our friend, Henry, also can speak at least five languages. But you can speak six languages! Whoa, you really great, miss," puji Wookie.

"Thanks. I believe all of you can do the same, if you want to study diligently. Look, Kyuhyun's progress really makes me proud. In today's exercise, he got full scores."

Hmm... ternyata si Julie ini memang unik. Ketika jam pelajaran berakhir, akulah yang mengantar Julie keluar, sampai ke bawah apartemen.

"Thanks, Yesung."

"You're welcome," kataku sambil tersenyum.

Kami saling membungkukkan badan, lalu kulihat dia berjalan menjauh. Menurut Hae yang sudah tiga kali mengantarnya ke bawah, dia naik taksi untuk pulang ke tempat tinggalnya. Baru saja aku membalikkan badanku, aku melihat sesuatu yang nyaris kuinjak. Sesuatu yang kecil berwarna cokelat dan sepertinya boneka. Aku menunduk dan mengambil barang itu. Gantungan kunci, boneka kura-kura berwarna cokelat. Aku mengamatinya baik-baik di bawah sinar temaram lampu jalan. Gantungan kunci ini menarik perhatianku, bukan hanya karena aku menyukai kura-kura, tapi sepertinya ini mengingatkanku akan sesuatu. Aku mengerutkan dahiku. Aku benar-benar perlu mengingatnya. Dan seketika, bayangan sebuah desa, pantai dan pasirnya yang putih muncul di benakku. Pudding yang disia-siakan, keceriaan yang hilang, sakit hatiku yang sulit disembuhkan, istana pasir yang hancur terkena terjangan ombak, hujan yang kubiarkan membasahi tubuhku... aku ingat wajah itu, wajah anak perempuan yang pernah sangat kuperhatikan keberadaannya. Dia... diakah... Julie?

For I love you

I love you, I bless you

We give you our love

Dear Diary,

Omona... akhirnya! Akhirnya aku menemukan cewek yang bisa membuatku jatuh cinta lagi! Dia adalah Julie! Aku jadi selalu menantikan hari Selasa, Rabu dan Kamis tiap aku bisa bertemu dengannya. Sosoknya yang tinggi dan cantik benar-benar memukauku, juga keanggunan dan kecerdasan otaknya. Aku senang sekali dia tidak heboh atau bagaimana ketika melihat kami, jadi dia mengingatkanku pada Yifang, dkk yang berhasil menahan gejolak hati mereka. Mungkin karena dia menyatakan ke-tidak-terlalu-ngefans-an-nya pada kami makanya dia bisa mendapat pekerjaan ini. Aku tidak peduli, pokoknya aku menyukainya.

Xili, aku sudah harus melupakan dirimu sepenuhnya. Cara yang terbaik adalah memiliki pacar baru! Tapi bagaimana ini... aku sama sekali belum bergerak. Aku tidak tau umurnya, tidak tau dimana dia tinggal, tidak punya nomor ponselnya, apalagi mau tau dia sudah punya pacar atau belum? Huaaaaaa... bagaimana ini? Ayo dong, Lee Donghae, keluarkan pesonamu! Aku akan berusaha!!! Julie, tunggu aku!

Donghae (July)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun