Mohon tunggu...
Martin
Martin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - p

p

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kucing yang Selalu Lapar

21 November 2022   14:20 Diperbarui: 21 November 2022   14:27 4619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orientasi:

"Mengapa kucing mencuri?" tanya Viora dalam hati. Gadis kecil itu merenung di tepi jendela sambil mendengarkan keributan yang sedang terjadi di sebelah rumahnya.

Viora sudah dapat menduga siapa yang menjadi sumber keributan itu. Pasti kucing itu! Benar saja! Seekor kucing kecil dengan tangkas meloncat ke pagar tembok yang memisahkan rumah Viola dengan rumah Tante Viola. Mata kucing itu dengan liar memperhatikan sekitarnya. Ekornya berkali-kali dikibaskan ke udara.

Rangkaian Peristiwa:

"Hai...." sapa Viola. "Mencuri lagi, ya!" Kucing itu hanya menggeram. Matanya nanar waspada. Tiba-tiba saja ia melompat turun. Lalu menghilang.

"Kucing sialan!" Tante Viora muncul dari balik pagar. Napasnya memburu.

Sebelah tangannya membawa sapu, sebelah lagi berkacak pinggang. "Sialan kucing itu!"

"Mencuri apa dia, Tante?" tanya Viora.

"Oh...." Tante yang gemuk itu menoleh. Senyumnya mengembang melihat Kiki. "Tidak, tidak mencuri apa-apa! Tidak berhasil dia! Tapi tiap hari diintip-intip, kan, menyebalkan, Vir!"

"Oh.... Tidak berhasil!" Viora meniru. "Kenapa kucing mencuri, Tante?"

“Tentu saja karena ia lapar!" jawab Tante Viora.

"Kasih saja kucing itu makan, Tante, biar tidak mencuri lagi!" usul Viora dengan polosnya.

"Enak saja!" Tante Viora merengut. la jadi nampak lucu sekali. Dagunya yang gemuk berlipat-lipat. "Memangnya kucing siapa dia?!"

Kucing siapa? Viora tertegun. Dalam benak gadis kecil itu tak terbayang pemilik kucing yang selalu membuat ulah itu. Kalau tidak berhasil mencuri di tempat Tante Viora, pasti ia beroperasi di rumah sebelah lagi.

"Punya siapa, Tante?" tanya Viora cepat-cepat sebelum Tante Viora berlalu.

"Tidak tahu. Kucing liar mungkin," jawab Tante Viora sambil membalikkan badan.

Namun, kemudian dia berbalik lagi. Lalu menjulurkan kepalanya melewati pagar.

"Viora," panggilnya. "Kenapa tidak main ke rumah Tante? Ayo, anak manis, kok tahan sendirian di rumah! Molly belakangan ini kesepian tidak ketemu Viora," kata Tante Viora

Viora menggeleng. Lalu menutup jendela cepat-cepat sebelum tante yang gemuk itu mendesaknya bermain ke situ.

Rupanya Tante Viora tidak tahu bahwa Viora lagi marah pada Molly, anjingnya itu. Viora sebal Molly mau seenaknya saja. Kalau ia lagi ingin main, Viora dikejar-kejarnya. Coba kalau lagi malas, Molly tidak memperdulikannya! Lebih baik bermain dengan si Putih saja! gerutu Viora dalam hati. Si Putih...

Komplikasi:

"Ngeong... Ngeong...." Terdengar suara kucing. Viora segera berlari ke luar.

Beberapa anak laki-laki sedang menghajar si Putih di rumah sebelah. Ada yang menendang, memukul pakai sapu, dan menarik-narik ekornya. Kucing itu hanya bisa mengeong-ngeong kesakitan. Beberapa kali ia mencoba melarikan diri, tapi tertangkap kembali.

Tante Viora menyaksikan itu dengan senang sekali. Bahkan ia menyemangati anak-anak itu. Sedangkan Viora yang berdiri di sebelahnya berurai air mata. Hatinya yang polos dan lembut tak bisa menerima tindakan semena-mena itu.

Ketika Ibu pulang dari bekerja, Viora mengadu sambil terisak-isak. Ibu menenangkan anak satu-satunya itu dan berjanji.

"Kalau Nyonya masak daging, nanti Ibu bawa tulang-tulangnya pulang. Untuk kucing pencuri itu. Biar ia tidak lapar. Biar tidak mencuri lagi," kata Ibu.

Ibu bekerja jadi pembantu di rumah Nyonya Maria. Sejak masih gadis Ibu sudah bekerja di sana. Ibu berhenti bekerja ketika menikah dengan bapak Viora. Setelah suaminya meninggal, Ibu bekerja kembali di sana.

Ketika tahu Ibu sering membawa pulang tulang-tulang ikan untuk kucing, Nyonya Maria malah memberi daging untuk Viora. Nyonya Maria maklum keluarga kecil itu tentu jarang makan daging.

"Wah, daging, Bu!" seru Viora ketika melihat apa yang dibawa ibunya pulang. "Untuk si Putih?"

"Ini gulai. Untuk Viora aja," kata Ibu. "Tulang-tulangnya baru kasih si Putih."

"Nyonya Maria baik sekali ya, Bu. Kalau sudah besar, Viora mau bekerja di sana juga," kata Viora. Ia makan dengan lahapnya sambil tak lupa bercerita tentang si Putih.

Resolusi:

Si Putih, kucing pencuri itu, kini menjadi sahabat Viora. Mulanya memang sulit untuk mendekati Putih. Kucing itu selalu curiga dan waspada. la pasti lari bila didekati. Hanya bila lapar saja, ia mencari Viora. Karena ia tahu Viora menyediakan tulang untuknya.

Namun, lama-lama kucing itu menyukai Viora juga. Viora satu-satunya manusia yang berlaku hangat dan manis padanya. Kini Putih berubah menjadi kucing yang bersih dan manis. Ia tidak lagi kumal, liar, dan sumber keributan. Sampai-sampai Tante Viora pangling melihatnya.

"Astaga... Vir, ini kan kucing jahat itu!" serunya terbengong-bengong. "Sudah lama ia tak mencuri lagi!"

"Soalnya Putih tak lapar lagi, Tante," sahut Viora. "Viora memberinya makan."

"Ih, baik begitu, Vir!"

"Kata Ibu, kucing juga mengerti bila disayang. Kalau Viora mau baik dan sayang pada Putih, pasti Putih juga baik dan jinak."

Lama Tante Viora termangu. Ia merasa disindir. la malu sekali. Bagaimana mungkin, selama ini ia bisa bersikap begitu kasar terhadap seekor kucing kecil yang kelaparan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun